Aku harus
mengawali cerita dengan sedikit bela sungkawa atas kejadian berbuka yang kacau,
gara-gara....sudahlah! Akan aku ceritakan nanti.
Sebagai
pendahuluan, pada senin 30 juni 2014. Ada sedikit insiden sahur dan berbuka
yang cukup mengenaskan. Ketika dengan sedikit sadar karena baru bangun, membeli
mie kuning mentah, dan baru sadar bahwa aku tak bisa masak ketika sampai di
dapur. Cepat-cepat aku kirim pesan whatsapp BE, Mbak Nenna, Mbak wila, dan
semuanya baru menjawab setelah waktu sahur habis.
Lalu, akhirnya
sahur?
Sahur, kok. Nggak
usah khawatir gitu. –
Masih bisa
sahur karena masih ada sisa tempe sore. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara,
ternyata blue gas habis. Setelah beberapa waktu berdiskusi imajinasi dan di
dampingi oleh ke khawatiran. Akhirnya harus mengambil keputusan, dengan berat
hati, harus pinjam kompor ndalem. (ndalem adalah rumah kiai dalam
istilah pondok pesantren).
Dan bukanya,
aku minta bantuan sama Mbak wila buat ngasih resep masak mie nya. Aku sudah
berusaha sekuat tenaga untuk menerapkan resep-resep yang sudah di infokan. Dan
akhirnya, tetap saja rasanya aneh. Sangat aneh!!!!
Aku jadi
kasian dengan anak-anak yang harus dipaksa sabar ketika jadwalku memasak.
Rasanya selalu tidak jelas. “Tapi aku tetap berusaha lebih baik dalam menjalin
sebuah hubungan. Lebih ingin serius. Aku sudah berumur kepala 4”. Oke,
kata-kata tadi bukan aku yang bilang. Aku hanya menyadur dari sinetron yang
tayang berabad-abad. Entah kapan tamat!
###
Senin 7
Juli 2014
Siapa yang
tidak ingin masakannya enak, dan yang terpenting, tidak menyiksa yang makan. Tapi
hal tersebut yang sampai saat ini belum terjadi dengan masakanku. Sabarlah,
kawan! Ini proses menuju masakan yang istimewa, suatu saat. Entah kapan.
Aku minta Mbak
Wila lagi untuk menentukan masakan sekaligus resepnya. Ternyata Mbak Wila
sedang sibuk skripsi. Meskipun ada sedikit ada kejadian PHP yang
memprihatinkan. Tapi aku sabar. Aku tak ingin menceritakan disini. Aku masih
punya hati untuk menjaga nama baiknya.
Semoga mbak
Wila bisa lulus september nanti. Amiin. Mari doakan bersama menurut keyakinan
masing-masing. Al-Faaaaatihah...
Matahari
Muncul....
Matahari
muncul membawa kabar bahagia, sekarang kulit manggis ada extraknya. Bukan,
bukan....matahari muncul membawa kabar bahagia karena ada seorang perempuan
dari kota hujan yang muncul ke permukaan setelah beberap waktu menghilang. Nur
Aini Nilam Sari. Ya, salah seorang penghuni Blogger Energy.
Sikap otoriter
yang selama ini tidak pernah keluar, akhirnya keluar juga.
“Nilam harus
bantu aku masak. Menentukan masakan dan ngasih resep. Nggak boleh bantah!”
setalah itu, aku tinggal HP ku, aku ada acara.
Siangnya, aku
buka HP, ternyata ia ingin lari. Tapi aku tau, ia tak mungkin melakukan hal
tersebut. Dia perempuan baik-baik dan pasti bersedia membantuku. Dan benar, Ia
kembali muncul setelah beberap jam menghilang. Ia memang hobi menghilang, ia
sendiri yang bertutur demikian. Aku tak memfitnah.
“Masak Tumis
kangkung, kak” ia memberi saran ketika muncul.
Aku tak ingin
membantah, tapi setelah tau alasannya, aku jadi kecewa.
“Biar nggak
ribet ngajarinya” -_- begitu katanya.
Betapa tampak
begitu tak mampunya aku memasak. Tak apa, yang penting masak, dan tidak
menyiksa yang makan.
Aku membeli
semua kebutuhan yang sudah cantumkan oleh Nilam. Singkat cerita, aku memulai
memasak. Sudah sesuai dengan yang dikatakan oleh sangat tutor, Nur Aini Nilam
Sari sp,d. Tapi pada tahap akhir, ada sebuah insiden besar yang membuatku
tercengang sekaligus kalang kabut. Jam 5:15 wib.
Apa yang
terjadi saudara-saudara,
AKU BELUM
MASAK NASI!!!!!
Insiden yang
akhirnya berimbas pada nama baikku. Dengan cekatan aku mengambil dan beras dan
menanaknya. Sudah bisa dipastikan apa yang akn terjadi nanti. Benar! Telat berbuka.
Hape terus
berdering, nilam tidak henti memberikan arahan dalam memasak. Aku sedikit
bingung untuk membalas. Sudah sock duluan karena nasi yang belum aku masak. Ya,
dalam hal ini dia cukup perhatian agar masakan tak gagal. Mungkin ini juga
menjadi pertaruhan reputasinya sebagai perempuan. Dan perempuan yang baik,
identik dengan bisa masak.
Yang kedua,
dengan kangkung masakanku. Pertama baunya sedaaaaap bingit. Sampai kangkungnya
masuk, lalu sesi memasukkan sedikit air. Kata nilam, 3 sendok cukup. Aku tak
ingin membantah, tepi entah diri pada bagian manakah yang tiba-tiba membuatku
malas menakarnya dengan sendok. Aku bawa teko, ingin menuangkan sedikit air,
barangkali 3 tetes. Tapi ternyata malah tumpah. Bau sedapnya tiba-tiba hilang. Aku
sock berat. Tumis yang sedaaap kini jadi penuh air.
Aku terus
mencari bau sedapnya yang tadi sempat muncul. Tak ketemu, aku mencarinya sampai
pada imajinasiku pun, masih tidak menemukannya. Aku mulai lemas, pasrah. Ini akan
menjadi kegagalan kesekian kali.
Adzan
berkumandang, tumis penuh air, nasi belum mateng. Aku cepat-cepat mengicipi
masakanku, berharapan bau yang hilang tidak membuat rasa masakan menjadi
berantakan.
Dan tentu saja
mustahil. Rasa enaknya 100%-98% Ya, aku gagal.
Anak-anak
akhirnya hanya makan yang ada dan bisa dimakan. Andaikan ada sandal didapur, mungkin
sudah lenyap saat itu. Yang ada hanya kucing. Kucing sangat beruntung saat itu,
jika saja ia halal, mungkin sudah lenyap. Beruntunglah ia haram.
Aku langsung
menyingkir setelah sholat. Acara berbuka dimulai beberapa saat setelah sholat
Maghrib. Aku tak ikut, sock duluan dengan hasil masakan yang tak ada
rasanya, bahkan cenderung berantakan. Aku memilih berbuka dengan air mata.
Maaf kawan,
berbuka kalian harus kembali menyakitkan.
Aku harus memulai
belajar memasak lebih ekstra. Tentu aku tak hanya ingin bisa memasak air. Dan suatu
saat harus bisa. Semoga.
Maaf juga buat
Nilam yang resepnya jadi gagal gara-gara airnya kebanyakan. Maaf
Salam