Saya
berulangkali menulis di blog tentang kesetiaan yang kehilangan peminat. Setidaknya
bisa penjenengan lihat di tengah masyarakat kita. Atau jika takdirnya sampean
adalah pecinta tulisan, bisa sampean cek di facebook, blog, atau buku
yang makin marak cerita tentang ketidaksetiaan dalam cinta. Bukan suatu hal yang
sulit. Atau bahkan sampean sudah sering menjadi korban curhat
orang-orang yang dilanda virus ketidaksetiaan. Tapi semoga bukan sampean
yang menjadi korban, apalagi menjadi pelaku.
Sesungguhnya
tidak-setia lebih kompleks dari sekedar dua sepasang kekasih yang sama-sama
jatuh hati, lantas pada satu kesempatan, salah satu dari mereka (atau bahkan
kedua-duanya) memilih untuk menelikung dan menggaet pasangan lain. Sebab dalam
politik, ketidaksetiaan juga tak kurang peminat. Orang-orang yang berlompatan
dari satu partai, ke partai lain. Yang kawan jadi lawan, yang lawan jadi kawan.
Yang tahun lalu berkoalisi dan gandeng-rentang kemana-mana, pada
pemilihan berikutnya dijelek-jelekkan habis-habisan kinerjanya, lantas duduk
bersama koalisi yang lain. Apa nggak hancock?
Tapi
yakinlah, bahwa orang-orang setia dan memberikan seluruh hati, punya potensi
terus dicintai tinggi. Faktanya, mas, mbak, ada orang yang sudah dikhianati,
tapi masih saja menaruh hati. Mereka memilih gagal move-on dan tetap memendam
cinta dalam-dalam. Maka bisa sampean bayangkan, yang sudah mengkhianati
saja masih dicintai, apalagi jika memilih setia. (ini kasuistis)
Dalam
dunia sepakbola, contoh tidak-setia juga tak kalah berwarna. Luis Figo pernah menusukkan
belati dengan mengkhianati Barcelona dan para fansnya ketika pindah ke Real
Madrid yang notabene adalah musuh bebuyutan. Walhasil, boneka kepala
babi melayang ke lapangan ketika Luis Figo bertemu sang mantan. Pendukung Barca
murka! Tentu sampean juga akan ngeri bila tiba-tiba Messi memilih Real
Madrid menjadi pelabuhan masa depannya! Menjalin cinta di atas lapangan dengan
Cristiano Ronaldo. Dan itu bukan tak mungkin.
Karena
ada pontensi pengkhianatan yang tidak terduga itulah, mas, mbak. Orang-orang
yang setia dalam klub menjadi amat begitu dicintai oleh Fans. Steven Gerrard
ketika memilih hengkang dari Andfield mendapatkan aplause dari para fansnya
yang masih cinta. Alex Ferguson yang menukangi Manchester United selama 27 tahun
lantas memilih pensiun hampir saja tidak kuat menahan air mata karena gemuruh
old traford, bersama isak fans MU yang tak berbendung.
Sampean
barangkali
ndak percaya bahwa ada sosok yang masih sering bermain, tapi masih pula senantiasa
mendapat aplause dan penghormatan. Masih ada di jaman ini. Dan fadhilah itu
adalah sebab kesetiaannya, beliau adalah Francesco Totti. Tempo hari, ketika AS
Roma menjamu Fiorentina, Totti masuk sebagai pemain pengganti, dan ternyata
aplause fans masih begitu bergemuruh untuk beliau. Subhanalloh. Di luar
dugaan saya. Pengeran Roma yang barangkali sudah kehilangan kemampuan terbaik
itu masih begitu dicintai oleh fans. Dan subhanalloh-nya, Totti masih
memilih setia kepada Roma meski sudah tak lagi menjadi pilihan utama.
Totti
adalah sampel kecil dari keniscayaan hidup dalam ruang cinta dan setia. Ada banyak
kejadian di luar sepakbola yang juga perlu memproklamirkan setia sebagai habbits.
Setia adalah bagian dari kebaikan yang perlu dibudidayakan agar tetap lestari.
Akan sampean rasakan betapa setia dan cinta yang menyatu akan menjadi paduan
keindahan yang membuat sampean terkagum-kagum.
Tak
perlu sampean rasakan, betapa perihnya setia yang terkhianati. Sebab itu ada
dan nyata. Tapi rasakanlah setia dalam cinta yang akan membuat sampean tersenyum
bahagia, dalam keadaan ada, dan nyata.
Salam