Zidane, Harga dan Juara

Tidak ada yang mampu menampik kesuksesan Zidane menangani Real Madrid dengan treble winnernya di Liga Championsnya. Prestasi yang sangat langka. Meski barangkali, karena ia membawa gerbong besar bernama el-Real, hal itu tidak terlalu bisa dibesar-besarkan.

Real Madrid memang seringkali suka jor-joran, dan tak pikir nominal soal harga pemain. Sudah berulang kali ia menjadi klub yang memecahkan rekor pemain termahal dunia ketika membeli pemain. Mulai dari Figo, Zidane, Ronaldo, hingga Gareth Bale. Empat di pemain ini, barangkali bisa membuktikan harga yang ditebus oleh Florentino Perez (Presiden Real Madrid). 4 pemain itu, tidak bisa dipungkiri, memang punya andil besar dalam record klub. Semuanya mampu memberikan gelar juara domestik dan Champions.

Los Blancos memang sering bergelimang pemain bintang, tapi tidak semuanya berjalan dan berakhir mulus. Beberapa kali juga tidak mampu membuktikan diri. Misalnya di era Beckham, Figo, Zidane, Raul, Ronaldo Nazario, Carlos (Skuad 2003). Kumpulan pemain berlabel bintang itu harus menerima kenyataan finish di posisi 4 La Liga. Di bawah Valencia, Deportivo La Coruna, dan tentunya, Barcelona. Di liga Champions pun tak bisa banyak bicara. Perjalanan asuhan Carlos Queiroz harus tumbang di tangan As Monaco di semifinal.

Tahun-tahun berikutnya, Madrid tak berhenti membeli pemain berlabel bintang tiap tahunnya. Tentu saja ada harga yang harus dibayar untuk itu. Dan toh, seperti apa yang terjadi di era Queiroz, Madrid seringkali tak mendapatkan hasil positif dari jor-joran yang dilakukan chairman, baik Perez maupun Calderon.

Pembelian pemain bintang dengan harga selangit yang dilakukan oleh Presiden klub itu, akhirnya berhenti di era Zidane. Ia memilih memanfaatkan skuat yang ada. Jika pun membeli, ia memilih pemain-pemain muda yang punya potensi besar untuk dibina dan berkembang. Cabellos, Mayoral, Llorente, Morata, dan Asensio. Nama terakhir, adalah pembelian beberapa musim sebelum Zidane. Tetapi tiap tahun harus dipinjamkan untuk memberikan waktu bermain. Zidane memoles pemain yang satu ini, memberikannya kesempatan bertahan di klub dan waktu bermain yang cukup. Seperti yang kita lihat, ia mampu memberikan kontribusi besar bagi El Real.

Jika dihitung, barangkali baru di era Zidane lah Real Madrid mendapatkan pendapatan lebih besar, dibandingkan pengeluaran. Ia menjual pemain dengan harga tinggi, dan membeli pemain baru dengan harga yang lebih terjangkau. Toh pada kenyataannya, Madrid masih bisa bicara banyak di dalam persaingan gelar juara.

Maka, ketika bursa transfer dibuka, Real Madrid cenderung adem ayem. Meski juga tidak lepas dari berbagai berita transfer.

Baru transfer musim inilah, berita transfer mulai berhembus kencang. Pembelian Neymar yang digadang oleh Perez jadi berita di berbagai media. Ada pro-kontra. Mengingat Neymar adalah mantan rival, Barcelona. Juga soal harga yang harus dibayarkan oleh pemain yang tidak mungkin dilepas oleh PSG dibawah 300 juta poundsterling.

Melihat geliat Perez, pantaslah kiranya fans Madrid yang kontra dengan transfer ini merasa sangat geram. Real Madrid punya potensi-potensi pemain muda yang sangat cerah. Waktu bermain adalah salah satu hal yang akan memberikan jalan bagi mereka untuk memancarkan cahaya. Bagi fans yang kontra, pembelian Neymar sangatlah tidak etis dan sangat perlu untuk dikritisi.

Tapi, tentulah itu mutlak keputusan Chairman. Madridista bisa mengecam dan tak setuju. Tapi Chairman tidak punya ikatan formal untuk menuruti apa yang mereka aspirasikan. Kecuali ikatan batin antara managerial dan pendukung. Itu saja. Jika hal tersebut tidak terjalin, Chairman sah untuk semena-mena. Ia punya keputusan yang sangat absolut.

Pun begitu halnya dengan pelatih. Di Bernebeu, pelatih “sah” untuk mendapatkan masukan, bahkan “intimidasi” untuk mendatangkan pemain yang ia inginkan. Salah satu berita yang berhembus soal berhentinya Zidane dari kursi kepelatihan adalah tidak sinkronnya keinginan Zidane dan Perez soal transfer klub.

Kita tinggal menunggu, apa yang akan dilakukannya Perez di bursa transfer kali ini. Melihat record yang dimiliki Lupetegui, ia barangkali punya tipikal pecinta pemain muda. Terbukti, di transfer pertamanya, ia mendatangkan Andrey Lunin, kiper yang masih berusia 19 tahun. Tapi, sekali lagi. Lupetegui tidak punya keputusan penuh. Akan terus ada campur tangan Chairman dalam setiap pilihan dan keputusan yang diambil. Dan bagi Perez yang merupakan pengelola keuangan klub, tentulah untung-rugi jadi pertimbangan yang muskil dikesampingkan.

 

Möti Peacemaker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar