Terserah Apa Katamu

Selamat datang burung sore yang kembali menelan waktu untuk bersemayam dalam malam. Selamat..Selamat....waktu telah kau taklukan dengan kemenangan perut yang kenyang. Sekali lagi, Selamat, Burung!

dawntweets.blogspot.com
Aku bicara dengan kata-kata yang mungkin keras. Mungkin. Terserah apa katamu. Kali ini aku harus lugas terhadap kedewasaan kata-kata untuk menghentak jiwa masih yang mendekam dalam diri sendiri. Lepaslah. Lepaslah dari rangkulan yang tak memberi waktu untuk terbang melintasi hidup yang bercorak. 

Terserah apa katamu. Jikalau suatu saat, aku menuliskan suatu hal lain yang mungkin tak di idamkan. Pahit. Tapi pahitnya obat adalah penawar nyeri. Bila aku mendobrak dengan kata-kataku. Diamlah. Kalau pun ingin mengoceh. Aku akan menyerahkan padamu. Sebab hidup tak semudah yang kau bayangkan. Jika diam yang kau lakukan. 

Waktu telah bersiap dengan pedangnya untuk menghunusmu. Ia tak kenal kompromi soal mati. Kau tak bisa mempercepat atau memperlambat barangkali hanya sedetik saja. Bila kau tak terbiasa belajar dan mempelajari kehidupan. Bagaimana akan ada kesiapan menjemput datangnya izrai’il yang hanya bersedia sms atau menelponmu dengan isyarat.

Hey.....dengarlah. Jikalau kau kini ditetesi, dituangi atau digrujuk air yang harusnya menentramkan jiwa namun yang terjadi malah membuatmu pingsan atau lari tunggang langgang karena malu.

Aku hanya ingin menulis sesuatu yang akan mencamkan diriku sendiri dan menjadi guyuran inspirasi untuk kegagahan menghadapi hidup dengan pelik. Jikalaupun kau tak suka. Itu terserah dirimu sendiri. Aku ingin menulis penyejuk jiwa meski dengan bentakan yang mengagetkan hati.

Jangan pernah berprasangka buruk yang akan memperburuk keadaan diri sendiri. Kau butuh hal-hal yang aku tulis dan menentramkan jiwamu. Sadarlah....kau ini aku. Jangan paksa aku mengikutimu.Dan paksalah dirimu mengikutiku. Akulah yang benar. Karena aku nurani. Dan kau adalah nafsu. Aku siram kau dengan telaga kesejukan. Bismillah. Allahu akbar. Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad. Wa ala ali sayyidina Muhammad. La hawla wala quwwata illa billah.

Assalamualaina wa 'ala 'Ibadilahissholihiin

Ahmad Yusuf Tamami Bin Muhammad Mushlih Al Hajj Ibnu Maskur

13 komentar:

  1. Aku sadar kok, kalu aku ini kamu.. :)

    BalasHapus
  2. keren bang, kita harus terbiasa untuk mempelajari kehidupan agar kita siap ketika izrail dtang untuk menjemput kita, tulisannya jga udah menjadi inspirasi :)

    BalasHapus
  3. Ini pencerahan di malam sabtu yang bagus nih, ketengan jiwa dengan cara berwhudu yang baik dan benar mungkin salah satu jalan untuk memiliki jiwa tentram ;)

    BalasHapus
  4. Iya, bang. Tulislah apa yang telah dipikirkan.
    Terkadang, melalui tulisan bisa membuat pikiran dan hati menjadi tenang.

    BalasHapus
  5. gue nggak ngeri mot udah gue baca dua kali lohh hehe

    terserah ajah deh -_-

    BalasHapus
  6. Wah-wah.. asyik mas bro!!
    Eh, salah.. pak ustad!!

    Aku suka tentang yang obat-obat itu, ‘menyakitkan dan menyembuhkan’
    Nafsu, iya juga. Dituruti semakin menjadi-jadi.

    BalasHapus
  7. bagus banget gw langsung makjlebb lohh tersanjung -_-

    BalasHapus
  8. pencerahan bgt nih! Yep tulislah apa yg km pikirkan... Krn itu bnar2 dr hati :D

    BalasHapus
  9. pencerahan banget..karena di kenyataannya kita lebih sering ngikutin nafsu tanpa mikir2 lagi...
    berasa jlebb tapi bagus mot..

    BalasHapus
  10. Bahasa lo tingkat tinggi ya..
    Gue udah coba baca pelan2, ending2nya gak paham Mot..
    Dasar cowok! Selalu bikin orang bertanya-tanya maksudnya apaan

    BalasHapus