Para pecinta bola dengan cinta membara pada tanah air tentu akan kecewa luar biasa jika Indonesia tumbang dalam pertandingan. Tapi naasnya, DNA kekalahan kita lebih terasa daripada DNA juara. Harapan kemenangan kita besar, tapi yang terjadi ternyata tidak seperti itu. Kita masih saja jadi tim jago kalah.
Tampilkan postingan dengan label Sepakbola. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sepakbola. Tampilkan semua postingan
Dulu, ketika persaingan Ronaldo dan Messi dalam mengabsahkan diri mereka menjadi pemain terbaik dunia, orang-orang pecinta bola sejagad ikut mengukuhkan salah satu dari meraka yang lebih pantas menyandangnya. Ya wajar kalau mengunggul-unggulkan, sekalipun toh pada proses penentuannya tak terpengaruh oleh komentar pakar di media masa, apalagi cuma komentar yang berseliweran di media sosial.
Memburu pemain sampai mendapatkannya merupakan salah ciri syahwat besar Real Madrid. Harga bukan jadi soal. Itu yang membuat deretan pemain termahal dunia, di isi oleh nama-nama dari pemain el Real. Mulai Figo, Zidane, Kaka, Ronaldo, sampai Gareth Bale. Dan terakhir, yang santer dibicarakan adalah Kyrlian Mbappe. Harga yang dipatok As Monaco mencapai 180 juta poundsterling. Harga yang jauh di atas di atas harga Pogba yang menjadi pemain termahal dunia saat ini. Pemain kewarganegaan prancis bernomor punggung 6 tersebut ditebus oleh Manchester United dengan harga 89 juta poundsterling. Dan menilik performanya musim lalu, harga Pogba tidak banyak berbicara. Ibrahimovic yang dibeli dengan status free tansfer malah menjadi icon bagi Manchester menyabet tittle juara Liga Europe.
Ia lahir di Torrejon de Ardoz. Tempat
dimana Ramon Narvaez dan Antonio Seoane pernah memberontak pemerintahan
Espartero. 1843, tepatnya. Yang 133 tahun kemudian, lahir manusia yang -- oleh
entah siapa--, diberi nama Jose Maria Gutierrez. Ia memiliki potensi besar
ketika mulai bermain sepakbola di akademi, memahat mimpi dan menapaki tangga-tangga menuju impiannya
menjadi pemain Real Madrid. Ibukota negaranya yang juga merupakan kota
kelahirannya. Ia memulai kariernya benar-benar dari dasar. Menapaki Madrid, C,
B hingga berhasil merangsek ke level senior. 19 tahun ketika itu, ia menjalani debut
melawan Sevilla, merasakan atmosfer sepakbola profesional yang ia dambakan.
Bersama Raul Gonzalez, Iker Casillas, ia menjadi pemain muda yang diharapkan
mampu membawa tonggak estafet kejayaan Los Blancos. Raul menjawab dengan
torehan 324 dari 741. Casillas menjadi penjaga gawang tak tergantikan sampai
beberapa tahun sebelum hengkang. Keduanya mendapatkan tempat yang benar-benar
layak sebagai pemain profesional di Madrid. Dan Guti?
Guti tidak pernah bisa hidup dengan tenang
bersama kemampuan dan daya magisnya yang luar biasa. Tidak ada yang meragukan
betapa jenius pemain ini dalam memberikan asisst dan menempatkan posisi bola
dengan kemampuan olah bola di atas rata-rata. Tetapi ia tidak bisa benar-benar
manjadi pemain yang mendapatkan ruang di dalam pikiran para pecinta bola.
Antonio Cassano mengatakan bahwa ia
beruntung dan bahagia pernah bermain bersama 3 pemain yang fantastis. Ronaldo,
Zidane, dan Guti. Ronaldo dan Zidane mendapatkan ruang yang layak dengan
kemampuan olah bola dan prestasi yang mereka dapat. Tapi Guti bernasib lebih
sial dari keduanya. "Guti memiliki kualitas yang fantastis. Ia berada dalam dimensi
yang lain. Guti tetap bermain bagus ketika ditempatkan di lini tengah, diberi
tugas sebagai playmaker, serta sebagai pemain sayap."
"Ia juga
pribadi yang menyenangkan. Semua orang berbicara hal-hal positif tentangnya.
Namun ia tidak konsisten. Kadang ia berlatih dengan baik. Tapi pada kesempatan
lain tidak. Ia juga tiba-tiba menghilang dari latihan dan tidak ada yang tahu
keberadaannya," ungkap Cassano.
Florentino Perez,
serta Ramon Calderon membangun Real Madrid dengan pemain bertabur bintang,
namun tetap berharap pemain akademi bisa bersaing disana. Guti menjadi salah
satu bagian dari keingin keduanya -Ramon Calderon khususnya- untuk menjadi
pemain yang tumbuh di tim yang bermarkas di Santiago Bernabeu ini. Tapi ekspektasi
tersebut, bagi Guti, tidak benar-benar menjadi nyata. Ia berada di bawah
bayang-bayang pemain yang lain. Antara gagal dan tidak. Ia menjadi pemain yang
angin-anginan soal performa. Meski tetap tidak ada yang meragukan kemampuannya.
Seperti yang
dikatakan Cassano, ia mampu memainkan peran di berbagi posisi. Tapi dari
kemampuannya itulah, ia malah tidak mendapat tempat yang layak. Ia di plot
menjadi pengganti Seedorf ketika pemain asal Belanda tersebut hengkang ke Inter
Milan. Ia diharapkan mampu mengisi posisi tengah dengan baik. Satu musim
berjalan, Guti sedang mencoba membangun dirinya menjadi seorang playmaker yang
baik, tetapi kebijakan skema pelatih berubah. Cederanya Fernando Morientes
membuat ditempatkan mengisi posisi Striker. Pun pula sebab lini tengah sudah di
isi oleh pemain termahal yang didatangkan ketika itu, Zinedine Zidane.
Di lini depan,
ia berhasil mencetak 14 goal dalam satu musim. Torehan yang cukup baik
mengingat ia bukanlah seorang striker murni. Tapi datanglah Ronaldo, mengisi
ruang yang ditinggalkan Morientes dan telah ia isi musim lalu. Maka tidak bisa
tidak, Guti harus bergeser kembali ke posisi yang lain. Hal tersebut membuatnya
gerah. Ia tidak mendapatkan ruangnya dan membiarkan talenta yang sebenarnya
muncul dari posisi yang seharusnya ia tempati. Ia merasa selalu hanya dijadikan
sebagai bayang-bayang saja.
“Semua pintu tertutup untukku. Aku berkembang
sebagai gelandang dan Zidane tiba. Aku membaik sebagai striker dan Ronaldo
tiba. Saya sekarang di tim nasional sebagai gelandang dan Beckham datang.”
Berseragam Real Madrid selama
15 tahun, Guti hampir tidak pernah mendapatkan ruangnya sendiri. Terlepas dari
sifatnya yang seringkali kontroversial, loyalitasnya pada Madrid tentu tidak
layak diragukan. Jika tidak ada perseteruan dengan Pellegrini, barangkali nomor
14 masih akan bertuliskan namanya sampai memutuskan gantung sepatu. Meski -mungkin-
juga tetap hanya sebagai bayang-bayang.
Pasca
Real Madrid membeli Ronaldo dan Kaka’ dengan harga selangit, berbagai komentar
pun tak bisa dibendung. Dua pemain dibeli di musim yang sama dengan harga yang
gila. Ketika itu, pembelian Kaka’ langsung melambungkan namanya menjadi pemain
termahal nomor 2 di dunia, berada di bawah Zinedine Zidane yang sebelumnya juga
diboyong oleh Real Madrid. Beberapa hari berselang, Real Madrid resmi mendapatkan
tanda tangan Cristiano Ronaldo dengan nilai transfer 94 euro atau senilai 1,4
triliun rupiah dan memecahkan rekor pemain termahal dunia.
Hobi
mendatangkan pemain bintang dengan gelontoran uang yang “mudah-mudah” saja
membuat Real Madrid dianggap sebagai biang keladi naiknya harga pemain. Klub berlomba-lomba
mematok harga tinggi untuk para pemainnya yang sedang mendapat tawaran klub
lain.
Terlepas
dari faktor itu, saya yang sesungguhnya adalah fans madrid amat menyayangkan
syahwat belanja pemain bintang yang berlebihan. Bukan hanya soal uang, tapi
soal kekuatan tim. Seperti ketertarikan pada De Gea yang sampai kini masih
dipelihara. Tentu sangat disayangkan, sebab performa Keylor Navas sebagai kiper
utama sudah membuktikan kemampuannya menjaga gawang salah satu tim terbesar di
dunia tersebut. Dan Kiko Casilla sebagai pelapis pun membuktikan diri mampu
mengemban tugasnya di beberapa pertandingan tatkala diberikan kesempatan
menggantikan tugas Keylor Navas.
Maka
jika kekuatan tim yang dibutuhkan, De Gea yang dibanderol dengan harga mahal
itu lebih baik dilupakan. Maksimalkan kekuatan yang sudah dimiliki. De Gea
adalah godaan yang sudah tidak lagi dibutuhkan. Toh selama ini memberikan ruang
kepada Navas bukan keputusan yang buruk. Ia membuktikan dengan performa yang
positif.
Agaknya
Real Madrid harus merombak nalar pikir transfernya, kebutuhan menjadi faktor
primer dilakukannya transfer. Menambah kekuatan tentu penting. Tapi membuang
sosok penting dalam tim yang telah memberikan kontribusi baik tentu bukan
keputusan yang arif.
Angin
segar sempat terasa ketika transfer De Gea alot. Artinya, Real Madrid hanya
punya kans kecil untuk mendatangkan pemain yang sudah hampir didapatkan musim
lalu itu. Dan Keylor Navas akan mendapatkan ruang sebagai penjaga gawang tanpa
perlu mengeluarkan uang demi membeli pemain baru untuk sebuah posisi yang sudah
tampil sangat baik. Tapi lagi-lagi Real Madrid mendesuskan isu menjengkelkan.
Bidikan penjaga gawang beralih kepada Thibaut Courtois. Amat sangat
disayangkan.
Alangkah
baiknya Real Madrid mulai melupakan transfer tak berguna. Navas adalah pilihan
terbaik saat ini. Berikan kesempatan serta waktu untuk memberikan yang terbaik
untuk el-Real. Jika esok hari ia menjadi lubang yang berpotensi mengaramkan
tim, itulah saat yang tepat untuk legal melirik pemain lain.
Tapi
saat ini, selagi Keylor Navas mampu memberikan performa yang baik, pertahankan
ia, jangan berikan ruang untuk menaruh pada orang lain yang “dirasa” lebih
baik. Sebab sebaik apapun seorang kiper yang telah Sampean beli, esok
hari, ketika ada kiper lain dengan performa baik, Sampean akan kembali
bersyahwat membelinya dan melupakan kiper terbaik yang sudah Sampean
punya.
Maka,
beri ia kesempatan dan keyakinan. Jadikan ia kiper terbaik. Dan Sampean
tak akan melirik pemain. Sebab, orang yang Sampean punya, adalah orang
terbaik dan paling pas untuk mengisi posisinya.
Tahanlah
syahwatmu,
jangan memaksakan diri menumpahkan birahi dengan membuang uang untuk
satu hal yang tak penting. Belum saatnya, suatu hari, momen yang pas
akan datang untuk mendapatkan penjaga gawang baru. Semoga untuk waktu yang
lama, dan hal tersebut, tidak sekarang!
Hala
Madrid
Moti Peacemaker
Moti Peacemaker
Blog Personal
Blog ini telah mulai berdiri sejak 2010. Pernah mengalami masa jaya, meski tidak lama. Tahun 2016 menjadi titik awal turunnya blog ini ke titik terendah. Sampai tahun ini, blog ini masih berusaha bangkit kembali dengan ala kadarnya. Semoga bisa merengkuh kembali masa-masa produktif mengisi blog ini