Kebaikan itu untuk Manusia

Kita bicara soal logika, dengan berbagai referensi serta kenyataan yang pernah  terjadi. Soal sikap dan perilaku manusia. Mengapa harus begini maupun begitu, negara bahkan agama sama-sama “menyeret”  sikap manusia untuk terus “dibimbing” dengan berbagai sekat aturan. Sedang manusia memiliki taraf keinginbebasan dalam berbagai hal dengan tingkat yang luar biasa.  Adakah ini sebagai bentuk deskriminasi negara atau bahkan deskriminasi Tuhan terhadap manusia.
Design by : Moti Peacemaker
Setujukah ketika ini dianggap sebagai deskriminasi dari Tuhan? Segala hukum halal dan haram yang sering menggelitik dan terus mendorong manusia dalam bentuk ketidaksetujuan terselubung. Ketidaksetujuan? Benar. Secara tidak sadar, kita ternyata kita menjadi opositor dalam kekuasaan Tuhan. Hal ini saya sebut sebagai ketidaksetujuan terselubung, sebab kita memang sering tidak sadar akan hal ini. Apa yang disebut sebagai ketidaksetujuan terselubung, tak lain adalah perintah yang ditinggal dan larangan yang diterjang. Bukankah ini sebuah hal yang disebut pembangkangan. Bukankah pembangkangan lahir dari ketidaksetujuan atau kesetujuan yang tidak dikomitmenkan.
Apa yang membuat kita tidak setuju dengan kenyataan bahwa sebenarnya kebaikan ada untuk manusia sendiri. Dan segala hal yang diperintahkan pasti mengandung faedah bagi manusia. Dan yang dilarang pasti memiliki efek samping. 
Kita nalar dari hal yang mungkin bisa jadi referensi dan menguatkan faakta bahwa perintah yang diberikan Tuhan memang untuk kebaikan manusia itu sendiri. Sama sekali tidak ada unsur ke-egoisan dati Tuhan yang bahkan sebenarnya sangat patut dan sah untuk egois.
Faedah atau manfaat yang terkandung dalam perintah atau larangan dari Tuhan bersifat nampak dan tidak nampak. Dalam artian ada yang diketahui dan belum diketahui. Dan hal-hal yang berbentuk faedah ini jangan sampai membuat manusia terlena. Faedah-faedah yang ada ini tidak bisa dijadikan sebagai dasar tunduknya orang tersebut pada Tuhan.

“Sholat dhuha ah, biar dapat rezeki” 
Ini sebuah kesalahan yang terkadang sulit terdeteksi dan tidak diketahui kesalahannya. Sholatnya Lillahi ta’ala. Dan faedahnya sudah otomatis ikut dalam sholat niat karena Allah tersebut. Ibadahnya sebagai tujuan, faedahnya sebagai penguat keyakinan dan kemantapan dalam beribadah. Kalau kata guru saya, Ibadah itu bagaikan soto. Beli soto dapat kecap, kuah, ayam dan lain-lain. Dan faedah, diumpamakan sebagai kecap. Seumpama beli kecap saja, ya Cuma dapat kecap. Nggak dapat ayam, kuah dan lain sebagainya. 
Tuhan sama sekali tidak mengambil keuntungan dalam perilaku baik manusia. Dan kebaikan tersebut semata untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.


Salam

22 komentar:

  1. aturan yang diberikan Allah untuk kepentingan manusia sendiri, Allah tidak mengambil keuntungan apapun dari situ, makan Allah bilang yang mau dekat dekatlah, yang mau jauh jauhlah

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya.,,ane pernah baca itu - dol

      Hapus
    2. iya...ane juga pernah baca tuh..eheheheehe -dol

      Hapus
  2. Tuhan sama sekali tidak mengambil keuntungan dalam perilaku baik manusia. Dan kebaikan tersebut semata untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.
    Nice, Bro :D

    BalasHapus
  3. Betul, Tuhan sama sekali gak dapat keuntungan. Aturan ini juga sebenarnya demi kebaikan kehidupan umat manusia.
    Tulisan anda memang selalu cerdas, bung :)

    BalasHapus
  4. begitulah sifat manusia... memang tidak pernah rugi sekalipun manusia itu mengingkariNya.. manusia yang sbenarnya butuh Tuhan.. "ALLAH without me is still ALLAH but me without ALLAH is nothing.

    BalasHapus
  5. Tapi terkadang kan ada tuh, hadist yang bilang "barang siapa yang bla bla bla... maka bla.. bla,. bla" barangkali bisa juga jadi asal muasal motivasi untuk beribadah tambahan :)

    BalasHapus
  6. MOTI PAKABAARRRRRR

    kalo gue nanggep yang duha rezeki itu semacam fase.

    Kita manusia sudah darisana secara biologisnya akan tertarik dan menggebu gebu kalau ada iming - imingnya

    Misal pas kecil, jangan durhaka, nanti dikutuk jadi batu.
    sering berbagi, nanti masuk surga, disayang Allah.

    disitu ada punishment yangmana kita bakal matuhin

    "oh ya harus gini supaya gini"

    seiring perjalanan umur, kita akan melakukan itu berdasarkan kebiasaan bukan karena punishment tersebut :D

    IMHO loh mot :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya..bener..itu fase yang semakin meningkat ya..ehehehehe
      bener

      Hapus
  7. Tuhan sama sekali tidak mengambil keuntungan dalam perilaku baik manusia. Dan kebaikan tersebut semata untuk kebahagiaan manusia itu sendiri. << I LOVE THIS

    tapi emang bener sih, kadang-kadang jadinya klo ada maunya baru beribadah, padahal tiap hari juga allah memberikan kepada semua orang banyak kebaikan. T^T

    BalasHapus
  8. Begitulah manusia.. padahal Allah gak akan rugi lho sekalipun semua makhluk membangkangNya.."ALLAH without me is still ALLAH but me without ALLAH is nothing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ia bener banget...manusia gk sholat juga Allah gk akan rugi
      yg rugi itu manusianya yaa

      Hapus
    2. iya....yang rugi jelas manusia toh

      Hapus
    3. ALLAH without me is still ALLAH but me without ALLAH is nothing. saya kalau kena bahasa inggris sering mengakibatkan flu

      Hapus
  9. tanpa iming-iming seperti itu belum tentu manusia sholat, ada iming-iming gitu aja masih ada yang bolong solatnya (termasuk saya) :)
    Intinya kesadaran dari manusia itu sendiri, dan berharap Allah selalu memberikan yg terbaik untuk kita :)

    BalasHapus