Memburu pemain sampai mendapatkannya merupakan salah ciri syahwat besar Real Madrid. Harga bukan jadi soal. Itu yang membuat deretan pemain termahal dunia, di isi oleh nama-nama dari pemain el Real. Mulai Figo, Zidane, Kaka, Ronaldo, sampai Gareth Bale. Dan terakhir, yang santer dibicarakan adalah Kyrlian Mbappe. Harga yang dipatok As Monaco mencapai 180 juta poundsterling. Harga yang jauh di atas di atas harga Pogba yang menjadi pemain termahal dunia saat ini. Pemain kewarganegaan prancis bernomor punggung 6 tersebut ditebus oleh Manchester United dengan harga 89 juta poundsterling. Dan menilik performanya musim lalu, harga Pogba tidak banyak berbicara. Ibrahimovic yang dibeli dengan status free tansfer malah menjadi icon bagi Manchester menyabet tittle juara Liga Europe.
Tampilkan postingan dengan label Esai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Esai. Tampilkan semua postingan
Ia lahir di Torrejon de Ardoz. Tempat
dimana Ramon Narvaez dan Antonio Seoane pernah memberontak pemerintahan
Espartero. 1843, tepatnya. Yang 133 tahun kemudian, lahir manusia yang -- oleh
entah siapa--, diberi nama Jose Maria Gutierrez. Ia memiliki potensi besar
ketika mulai bermain sepakbola di akademi, memahat mimpi dan menapaki tangga-tangga menuju impiannya
menjadi pemain Real Madrid. Ibukota negaranya yang juga merupakan kota
kelahirannya. Ia memulai kariernya benar-benar dari dasar. Menapaki Madrid, C,
B hingga berhasil merangsek ke level senior. 19 tahun ketika itu, ia menjalani debut
melawan Sevilla, merasakan atmosfer sepakbola profesional yang ia dambakan.
Bersama Raul Gonzalez, Iker Casillas, ia menjadi pemain muda yang diharapkan
mampu membawa tonggak estafet kejayaan Los Blancos. Raul menjawab dengan
torehan 324 dari 741. Casillas menjadi penjaga gawang tak tergantikan sampai
beberapa tahun sebelum hengkang. Keduanya mendapatkan tempat yang benar-benar
layak sebagai pemain profesional di Madrid. Dan Guti?
Guti tidak pernah bisa hidup dengan tenang
bersama kemampuan dan daya magisnya yang luar biasa. Tidak ada yang meragukan
betapa jenius pemain ini dalam memberikan asisst dan menempatkan posisi bola
dengan kemampuan olah bola di atas rata-rata. Tetapi ia tidak bisa benar-benar
manjadi pemain yang mendapatkan ruang di dalam pikiran para pecinta bola.
Antonio Cassano mengatakan bahwa ia
beruntung dan bahagia pernah bermain bersama 3 pemain yang fantastis. Ronaldo,
Zidane, dan Guti. Ronaldo dan Zidane mendapatkan ruang yang layak dengan
kemampuan olah bola dan prestasi yang mereka dapat. Tapi Guti bernasib lebih
sial dari keduanya. "Guti memiliki kualitas yang fantastis. Ia berada dalam dimensi
yang lain. Guti tetap bermain bagus ketika ditempatkan di lini tengah, diberi
tugas sebagai playmaker, serta sebagai pemain sayap."
"Ia juga
pribadi yang menyenangkan. Semua orang berbicara hal-hal positif tentangnya.
Namun ia tidak konsisten. Kadang ia berlatih dengan baik. Tapi pada kesempatan
lain tidak. Ia juga tiba-tiba menghilang dari latihan dan tidak ada yang tahu
keberadaannya," ungkap Cassano.
Florentino Perez,
serta Ramon Calderon membangun Real Madrid dengan pemain bertabur bintang,
namun tetap berharap pemain akademi bisa bersaing disana. Guti menjadi salah
satu bagian dari keingin keduanya -Ramon Calderon khususnya- untuk menjadi
pemain yang tumbuh di tim yang bermarkas di Santiago Bernabeu ini. Tapi ekspektasi
tersebut, bagi Guti, tidak benar-benar menjadi nyata. Ia berada di bawah
bayang-bayang pemain yang lain. Antara gagal dan tidak. Ia menjadi pemain yang
angin-anginan soal performa. Meski tetap tidak ada yang meragukan kemampuannya.
Seperti yang
dikatakan Cassano, ia mampu memainkan peran di berbagi posisi. Tapi dari
kemampuannya itulah, ia malah tidak mendapat tempat yang layak. Ia di plot
menjadi pengganti Seedorf ketika pemain asal Belanda tersebut hengkang ke Inter
Milan. Ia diharapkan mampu mengisi posisi tengah dengan baik. Satu musim
berjalan, Guti sedang mencoba membangun dirinya menjadi seorang playmaker yang
baik, tetapi kebijakan skema pelatih berubah. Cederanya Fernando Morientes
membuat ditempatkan mengisi posisi Striker. Pun pula sebab lini tengah sudah di
isi oleh pemain termahal yang didatangkan ketika itu, Zinedine Zidane.
Di lini depan,
ia berhasil mencetak 14 goal dalam satu musim. Torehan yang cukup baik
mengingat ia bukanlah seorang striker murni. Tapi datanglah Ronaldo, mengisi
ruang yang ditinggalkan Morientes dan telah ia isi musim lalu. Maka tidak bisa
tidak, Guti harus bergeser kembali ke posisi yang lain. Hal tersebut membuatnya
gerah. Ia tidak mendapatkan ruangnya dan membiarkan talenta yang sebenarnya
muncul dari posisi yang seharusnya ia tempati. Ia merasa selalu hanya dijadikan
sebagai bayang-bayang saja.
“Semua pintu tertutup untukku. Aku berkembang
sebagai gelandang dan Zidane tiba. Aku membaik sebagai striker dan Ronaldo
tiba. Saya sekarang di tim nasional sebagai gelandang dan Beckham datang.”
Berseragam Real Madrid selama
15 tahun, Guti hampir tidak pernah mendapatkan ruangnya sendiri. Terlepas dari
sifatnya yang seringkali kontroversial, loyalitasnya pada Madrid tentu tidak
layak diragukan. Jika tidak ada perseteruan dengan Pellegrini, barangkali nomor
14 masih akan bertuliskan namanya sampai memutuskan gantung sepatu. Meski -mungkin-
juga tetap hanya sebagai bayang-bayang.
Tempo hari saya membaca beberapa
tanggapan di sebuah koran perihal sistem sensor yang dirasa aneh. Dan saya
bahagia ketika ada salah satu argumen yang dengan tegas mengatakan bahwa unsur
yang harusnya mendapat sensor bukan hanya wujud, tapi juga isi cerita.
Setidaknya sistem sensor harus fair dalam hal ini. Sensor diharapkan bisa
menjadi pressure terhadap pola berpikir dan perilaku amoral. Dan jarang
disadari bahwa isi cerita (dalam sinetron remaja khususnya) lebih berpotensi
dan mengena untuk dijadikan sebagai bahan duplikat perilaku. Jauh lebih
aplikatif dan efektif merusak, toh? Jika mau fair, seperti halnya wujud, isi
cerita juga harus mendapat perhatian.
Saya beberapa kali merasa diejek oleh
iklan Thailand. Mereka mampu membuat cerita berkualitas. Dan hal tersebut tidak hanya ada satu dua iklan saja. Ada banyak iklan Thailand membuat saya malu ketika membandingkan dengan iklan kita, apalagi sinetron kita. Setidaknya saya merasa diejek dalam dua hal.
Pertama, saya diejek dengan inspirasi
yang ada di dalam cerita.
Yang Kedua, ini yang orang sering lalai,
DURASI!
Mereka mampu menginspirasi dan
mencerahkan penonton dengan durasi cerita yang mayoritas tidak lebih dari 7 menit. Amanatnya jelas, tidak bertele-tele, dan pesan yang disampaikan mengena.
Berbanding terbalik dengan sinetron di Indonesia yang sampai ratusan bahkan
ribuan episode, tapi kejelasan cerita buruk dan minim suguhan pesan.
Iklan dan sinetron pada prinsipnya sama toh,
komersil juga. Tapi menjadi berbeda ketika topiknya soal konten. Sinetron
Indonesia yang selama ini ada seringkali tayang bertahun-tahun lamanya karena
pasar dirasa masih menginginkan. Ini yang kadang jadi pertanyaan bagi saya.
Dengan sinetron yang sekarang ada, lantas dinikmati oleh banyak itu, apakah
benar-benar dirasa bagus atau karena tak ada pilihan lain? Kita diseret oleh
industri dengan minimnya inovasi yang mereka miliki dengan menampilkan cerita
yang itu-itu saja, ataukah karena kita benar sudah benar-benar merasuk di
dalamnya?
Kecerdasan cerita sinetron adalah bagian
dari pelecut kecerdasan berpikir penonton. Cerita yang itu dan begitu saja
berpotensi menumpulkan pikiran. Kita butuh sebuah cerita yang menginspirasi
dengan cerita yang enak dinikmati.
Dan seperti yang sudah saya katakan
tadi, Thailand bisa melakukannya lewat iklan yang mereka buat. Kalau industri
pertelevisian cerdas dan mau, ini prospek besar untuk ambil bagian dalam
menginspirasi dan mencerdaskan bangsa. Kalau mau. Dan seperti dasar industri,
saya kira model sinetron seperti ini tak kalah peminat, yang artinya tetap bisa
mengalirkan fulus.
Jika sinetron kita tak bermutu, sensor
saja. Atau mungkin bahkan tak dapat iIn tayang. Kadang kita butuh ketat untuk menekan munculnya hal-hal berkelas. Kita
membutuhkan cerita antistreaming –istilah pengganti antimainstream ala
mas abu suwar- yang berkualitas.
Saya khawatir jika sinetron yang mbulet
di Indonesia seperti sekarang dan enggan berinovasi disebabkan oleh ketakutan
kehabisan ide dan tak punya cerita baru pada sinetron beikutnya. Ah, saya kira itu tak beralasan. Kita
banyak stok penulis dan berotak penuh ide. Memberdayakan para penulis untuk
ikut ambil bagian saya kira salah satu langkah tepat untuk mewujudkan sinetron
bermutu yang cukup beberapa episode saja, tapi berkualitas. Tak perlu jadi
sinetron turun temurun toh?
Ini sekaligus menjadi penghargaan kepada
penulis yang selama ini sering tidak diuntungkan dalam industri penerbitan.
Bukan hanya penulis-penulis yang baru, problem royalti juga masih sering
dirasakan oleh penulis yang sudah malang melintang di dunia literasi. Dan jika hal
ini terwujud, tentulah senyum penulis tak lagi hanya dalam cerita yang mereka
karang. Senyum itu akan benar-benar dan nyata-nyata ada, bukan hanya fiksi
belaka.
Salam
Pasca
Real Madrid membeli Ronaldo dan Kaka’ dengan harga selangit, berbagai komentar
pun tak bisa dibendung. Dua pemain dibeli di musim yang sama dengan harga yang
gila. Ketika itu, pembelian Kaka’ langsung melambungkan namanya menjadi pemain
termahal nomor 2 di dunia, berada di bawah Zinedine Zidane yang sebelumnya juga
diboyong oleh Real Madrid. Beberapa hari berselang, Real Madrid resmi mendapatkan
tanda tangan Cristiano Ronaldo dengan nilai transfer 94 euro atau senilai 1,4
triliun rupiah dan memecahkan rekor pemain termahal dunia.
Hobi
mendatangkan pemain bintang dengan gelontoran uang yang “mudah-mudah” saja
membuat Real Madrid dianggap sebagai biang keladi naiknya harga pemain. Klub berlomba-lomba
mematok harga tinggi untuk para pemainnya yang sedang mendapat tawaran klub
lain.
Terlepas
dari faktor itu, saya yang sesungguhnya adalah fans madrid amat menyayangkan
syahwat belanja pemain bintang yang berlebihan. Bukan hanya soal uang, tapi
soal kekuatan tim. Seperti ketertarikan pada De Gea yang sampai kini masih
dipelihara. Tentu sangat disayangkan, sebab performa Keylor Navas sebagai kiper
utama sudah membuktikan kemampuannya menjaga gawang salah satu tim terbesar di
dunia tersebut. Dan Kiko Casilla sebagai pelapis pun membuktikan diri mampu
mengemban tugasnya di beberapa pertandingan tatkala diberikan kesempatan
menggantikan tugas Keylor Navas.
Maka
jika kekuatan tim yang dibutuhkan, De Gea yang dibanderol dengan harga mahal
itu lebih baik dilupakan. Maksimalkan kekuatan yang sudah dimiliki. De Gea
adalah godaan yang sudah tidak lagi dibutuhkan. Toh selama ini memberikan ruang
kepada Navas bukan keputusan yang buruk. Ia membuktikan dengan performa yang
positif.
Agaknya
Real Madrid harus merombak nalar pikir transfernya, kebutuhan menjadi faktor
primer dilakukannya transfer. Menambah kekuatan tentu penting. Tapi membuang
sosok penting dalam tim yang telah memberikan kontribusi baik tentu bukan
keputusan yang arif.
Angin
segar sempat terasa ketika transfer De Gea alot. Artinya, Real Madrid hanya
punya kans kecil untuk mendatangkan pemain yang sudah hampir didapatkan musim
lalu itu. Dan Keylor Navas akan mendapatkan ruang sebagai penjaga gawang tanpa
perlu mengeluarkan uang demi membeli pemain baru untuk sebuah posisi yang sudah
tampil sangat baik. Tapi lagi-lagi Real Madrid mendesuskan isu menjengkelkan.
Bidikan penjaga gawang beralih kepada Thibaut Courtois. Amat sangat
disayangkan.
Alangkah
baiknya Real Madrid mulai melupakan transfer tak berguna. Navas adalah pilihan
terbaik saat ini. Berikan kesempatan serta waktu untuk memberikan yang terbaik
untuk el-Real. Jika esok hari ia menjadi lubang yang berpotensi mengaramkan
tim, itulah saat yang tepat untuk legal melirik pemain lain.
Tapi
saat ini, selagi Keylor Navas mampu memberikan performa yang baik, pertahankan
ia, jangan berikan ruang untuk menaruh pada orang lain yang “dirasa” lebih
baik. Sebab sebaik apapun seorang kiper yang telah Sampean beli, esok
hari, ketika ada kiper lain dengan performa baik, Sampean akan kembali
bersyahwat membelinya dan melupakan kiper terbaik yang sudah Sampean
punya.
Maka,
beri ia kesempatan dan keyakinan. Jadikan ia kiper terbaik. Dan Sampean
tak akan melirik pemain. Sebab, orang yang Sampean punya, adalah orang
terbaik dan paling pas untuk mengisi posisinya.
Tahanlah
syahwatmu,
jangan memaksakan diri menumpahkan birahi dengan membuang uang untuk
satu hal yang tak penting. Belum saatnya, suatu hari, momen yang pas
akan datang untuk mendapatkan penjaga gawang baru. Semoga untuk waktu yang
lama, dan hal tersebut, tidak sekarang!
Hala
Madrid
Saya
berulangkali menulis di blog tentang kesetiaan yang kehilangan peminat. Setidaknya
bisa penjenengan lihat di tengah masyarakat kita. Atau jika takdirnya sampean
adalah pecinta tulisan, bisa sampean cek di facebook, blog, atau buku
yang makin marak cerita tentang ketidaksetiaan dalam cinta. Bukan suatu hal yang
sulit. Atau bahkan sampean sudah sering menjadi korban curhat
orang-orang yang dilanda virus ketidaksetiaan. Tapi semoga bukan sampean
yang menjadi korban, apalagi menjadi pelaku.
Sesungguhnya
tidak-setia lebih kompleks dari sekedar dua sepasang kekasih yang sama-sama
jatuh hati, lantas pada satu kesempatan, salah satu dari mereka (atau bahkan
kedua-duanya) memilih untuk menelikung dan menggaet pasangan lain. Sebab dalam
politik, ketidaksetiaan juga tak kurang peminat. Orang-orang yang berlompatan
dari satu partai, ke partai lain. Yang kawan jadi lawan, yang lawan jadi kawan.
Yang tahun lalu berkoalisi dan gandeng-rentang kemana-mana, pada
pemilihan berikutnya dijelek-jelekkan habis-habisan kinerjanya, lantas duduk
bersama koalisi yang lain. Apa nggak hancock?
Tapi
yakinlah, bahwa orang-orang setia dan memberikan seluruh hati, punya potensi
terus dicintai tinggi. Faktanya, mas, mbak, ada orang yang sudah dikhianati,
tapi masih saja menaruh hati. Mereka memilih gagal move-on dan tetap memendam
cinta dalam-dalam. Maka bisa sampean bayangkan, yang sudah mengkhianati
saja masih dicintai, apalagi jika memilih setia. (ini kasuistis)
Dalam
dunia sepakbola, contoh tidak-setia juga tak kalah berwarna. Luis Figo pernah menusukkan
belati dengan mengkhianati Barcelona dan para fansnya ketika pindah ke Real
Madrid yang notabene adalah musuh bebuyutan. Walhasil, boneka kepala
babi melayang ke lapangan ketika Luis Figo bertemu sang mantan. Pendukung Barca
murka! Tentu sampean juga akan ngeri bila tiba-tiba Messi memilih Real
Madrid menjadi pelabuhan masa depannya! Menjalin cinta di atas lapangan dengan
Cristiano Ronaldo. Dan itu bukan tak mungkin.
Karena
ada pontensi pengkhianatan yang tidak terduga itulah, mas, mbak. Orang-orang
yang setia dalam klub menjadi amat begitu dicintai oleh Fans. Steven Gerrard
ketika memilih hengkang dari Andfield mendapatkan aplause dari para fansnya
yang masih cinta. Alex Ferguson yang menukangi Manchester United selama 27 tahun
lantas memilih pensiun hampir saja tidak kuat menahan air mata karena gemuruh
old traford, bersama isak fans MU yang tak berbendung.
Sampean
barangkali
ndak percaya bahwa ada sosok yang masih sering bermain, tapi masih pula senantiasa
mendapat aplause dan penghormatan. Masih ada di jaman ini. Dan fadhilah itu
adalah sebab kesetiaannya, beliau adalah Francesco Totti. Tempo hari, ketika AS
Roma menjamu Fiorentina, Totti masuk sebagai pemain pengganti, dan ternyata
aplause fans masih begitu bergemuruh untuk beliau. Subhanalloh. Di luar
dugaan saya. Pengeran Roma yang barangkali sudah kehilangan kemampuan terbaik
itu masih begitu dicintai oleh fans. Dan subhanalloh-nya, Totti masih
memilih setia kepada Roma meski sudah tak lagi menjadi pilihan utama.
Totti
adalah sampel kecil dari keniscayaan hidup dalam ruang cinta dan setia. Ada banyak
kejadian di luar sepakbola yang juga perlu memproklamirkan setia sebagai habbits.
Setia adalah bagian dari kebaikan yang perlu dibudidayakan agar tetap lestari.
Akan sampean rasakan betapa setia dan cinta yang menyatu akan menjadi paduan
keindahan yang membuat sampean terkagum-kagum.
Tak
perlu sampean rasakan, betapa perihnya setia yang terkhianati. Sebab itu ada
dan nyata. Tapi rasakanlah setia dalam cinta yang akan membuat sampean tersenyum
bahagia, dalam keadaan ada, dan nyata.
Salam
Moti Peacemaker
Moti Peacemaker
Blog Personal
Blog ini telah mulai berdiri sejak 2010. Pernah mengalami masa jaya, meski tidak lama. Tahun 2016 menjadi titik awal turunnya blog ini ke titik terendah. Sampai tahun ini, blog ini masih berusaha bangkit kembali dengan ala kadarnya. Semoga bisa merengkuh kembali masa-masa produktif mengisi blog ini