Kebersamaan Waskita-ku


Kerinduan itu mencuat
Dan air mata tak lagi mampu tersekat
Kebersamaan untuk wujudkan mimpi
Menikmati tamparan kenyataan bergandengan

Masih lekat senyum dan tawa kita
Ide, rumusan, gagasan yang bahkan???
Aku ingin kembali pada waktu itu

Ketidak sadaran akan nilai yang tertuang
Kini senyumkan diri sendiri
Langkah yang besarkan kita pada alternatif
Pekatkan sudut pandang sempit

Dalam kebersamaan itu
Jati diri layangkan kita pada titiknya
Waskita!


Waskita adalah sebuah komunitas belajar yang beranggotakan remaja-remaja yang mencoba dan menginkan sebuah alternatif dalam pendidikan. Beberapa hal digagas untuk sebuah kemajuan komunitas tersebut. Tidak menggunakan sistem baku dalam pendidikan formal. Meski tentu saja masih ada beberapa yang dipertahankan. Sebuah proses filterisasi untuk mencari metode yang terbaik dalam menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki.

المحا فظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلاح
(Melestarikan nilai-nilai lama yang postif, dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik)

Bukan berarti ini sikap tidak patuh pada pemerintah yang notabenenya menetapkan pendidikan sekolah sebagai pendidikan formal Indonesia yang menghimbau para warganya untuk belajar 9 tahun di dalamnya. Ini hanya sebuah cara untuk memberikan sebuah opsi untuk para pencari ilmu dalam menentukan mana yang menurutnya paling cocok untuk minat dan potensi yang dimiliki. Sebab tidak semua orang sreg dengan sekolah. Seperti halnya tidak semua orang suka dengan gethuk.
Kunjungan belajar ke Qoryah Toyyibah 2 tahun yang lalu

Sebab itulah yang mendasari kita (Anggota Waskita) untuk membuat sebuah komunitas yang digerakkan dengan cara sendiri dari hasil diskusi dan pencarian secara mandiri. Hal ini akan membuat nilai keinginan untuk mengetahui sesuatu benar-benar mengalir dan hadir dalam kasadaran. Sebab yang selama ini sering menjadi problem banyak anak dalam dunia pendidikan adalah soal pilihan. Kesadaran dan keingintahuan dalam pendidikan formal seolah-seolah mudah luntur sebab tak jarang bertentangan dengan apa yang sebenernya dicari. Sebab wadah yang diberikan sekolah formal sungguh sangat terbatas untuk mewadahi jutaan keinginan, sedang sistem yang digunakan adalah sistem baku. Dalam artian, segala hal yang berhubungan dengan murid ditentukan oleh pihak pusat dengan beberapa materi pelajaran yang diberikan.

Suasana Diskusi di Depan Gedung Waskita

Akan tetapi pada akhirnya saya pun berfikir bahwa, ini pemikiran konstektual dan saya tidak boleh dengan semena-mena serta serampangan menggunakannya untuk semua orang pula. Toh pada dasarnya, semua ini wujud pemikiran yang pada intinya juga ingin menyadarkan bahwa ada milyaran keberagaman di negeri kita. Juga soal pendidikan. Bila saya kurang suka dengan pendidikan formal. Hal itu pula yang mendasari bahwa tidak pula saya memaksa orang lain untuk suka dengan apa yang saya pikirkan. Ini sebuah pilihan dimana tidak akan pernah sama dan tidak menghadirkan problematika, selagi semua berfikir jernih dan saling membantu untuk kebaikan bersama.

Dan inilah yang melahirkan Komunitas Belajar Waskita serta menjadi opsi bagi pendidikan. Pendidikan didalam waskita menekankan kecintaan pada ilmu untuk kemudian dengan sendirinya menghadirkan rasa penasaran dan kesadaran akan ilmu pengetahuan. Dari situlah hadir sebuah keinginan untuk benar-benar mencari ilmu.

Belajar bersama (Depan Rumah Saya)

Dan yang paling dirindukan adalah kebersamaan. Sebab tidak ada pengajar sebagai tranfers ilmu. Yang dalam hal ini, waskita hanya punya fasilitator sebagai jembatan yang mempermudah hal-hal yang perlu dan dibutuhkan. Maka keaktifan dalam belajar pun sepenuhnya diberikan kepada murid. Saat itulah murid harus dituntut untuk benar-benar kompeten dan serius dalam mencari ilmu. Sebab tidak ada yang bisa kami lakukan kecuali bekerja keras untuk mencari ilmu dan dikemudian hari dapat bermanfaat bagi orang banyak. Sedang kami tidak mungkin mengandalkan ijasah sebagai obat mujarab masa depan seperti yang lain. Kerja optimal adalah jawaban untuk mengisi lubang ketikpunyaan kami pada ijasah.

Belajar di Alam Terbuka

Kebersamaan itu lahir sebab kita sadar akan kekuarangan yang kami miliki dari tiap-tiap individu. Dan kebersamaan itu pula yang membuat kita mengerti satu sama lain. Sharing apa yang kita pikirkan. Apapun itu. Bisa jadi opini, berita, atau perasaan yang sedang bergejolak. Lalu ditanggapi oleh yang lain dengan memberi saran atau tambahan agar menjadi sebuah nilai ilmu. istilahnya adalah diskusi. Tranfers ilmu antar sesama. Bila diruntut, ini bisa jadi dikatakan cakru’an, majlis, musyawarah, atau kata-kata lain yang mendeskripsikan kebersamaan kita. Dan kini kerinduan itu muncul. Rindu sebuah kebersamaan dalam perbedaan.

Aku rindu padamu, WASKITA-KU



Salam
Moti Peacemaker

31 komentar:

  1. ngiri pada kreativitas anak2 muda ini...

    BalasHapus
  2. kali pertama berkunjung di blog ini, luar biasa sekali artikelnya :D

    BalasHapus
  3. Wah, udah lama sekali rasanya saya tidak berbagi ilmu dengan orang banyak.
    Belajar bersama, ngumpul bersama ,

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya...rindu dengan kumpulan orang-orang gila...waskita

      Hapus
  4. Wah, udah lama sekali rasanya saya tidak berbagi ilmu dengan orang banyak.
    Belajar bersama, ngumpul bersama ,

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya...rindu dengan kumpulan orang-orang gila...waskita

      Hapus
  5. Keren banget bisa mendirikan komunitaS kayak gitu, Maju terus WASKITA!

    BalasHapus
  6. pernah denger juga waskita...
    ternyata gitu yaa...

    bagus tuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada waskita perusahaan..tapi ini yang komunitas belajar

      Hapus
  7. pernah denger juga sih waskita. ternyata belajar bareng gitu ya..
    mantep..mantep...
    pekanbaru mana ada -__-

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada..bikin aja sendiri...toh tidak perlu resmi dari pemerintah

      Hapus
  8. kreatif dn brmanfaat. masa muda tdk trbuang percuma jika diisi dgn hal2 yg positif...
    salut sob...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya...yang muda yang berkarya
      seperti kata bang iwan


      saatnya yang muda tampil

      Hapus
  9. adduh kata katanya bikin sedih.. :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. nangis aja kalau sedih

      menangislah bila harus menangis

      Hapus
  10. wow kereeennn.. belajar sambil menikmati alam dan kebersamaan. seger!

    hidup waskita!!
    \(^0^)/

    BalasHapus
  11. "Kebersamaan itu lahir sebab kita sadar akan kekuarangan yang kami miliki dari tiap-tiap individu. Dan kebersamaan itu pula yang membuat kita mengerti satu sama lain."
    Quote darimana bang? mikir sendiri ya? saya suka banget. quote ini udah saya tweet malah :D

    BalasHapus
  12. Salut Kalo Masih Ada yg Mau ikutan Perkumpulan Positif Gini. Bener juga Ya Di Pendidikan Formal Sifatnya Masih Diatur Dan terbatas. sebenernya Belajar Juga Gak mesti Harus Di Sekolah, Banyak Hal Yg Bs Dilakuin Sebagai Proses Pembelajaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya...belajar juga gitu2 aja...
      yang penting efektif..bagaimanapun itu

      Hapus
  13. Salut Kalo Masih Ada yg Mau ikutan Perkumpulan Positif Gini. Bener juga Ya Di Pendidikan Formal Sifatnya Masih Diatur Dan terbatas. sebenernya Belajar Juga Gak mesti Harus Di Sekolah, Banyak Hal Yg Bs Dilakuin Sebagai Proses Pembelajaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. ho oh bang..pendidikan nggak ucma satu titik tempat saja

      Hapus
  14. waahhh aktivitas dan komunitas yg luar biasa bermanfaat, gini nih calon pemimpin bangsa yg semestinya,, tapi jujur sya baru denger neh, hhehe:D

    BalasHapus
  15. asik yaa...
    pasti ngangenin banget deh..
    nama komunitasnya kayak nama supir di kampus saya..
    jadi kangen.. *lhoo*
    hehe

    BalasHapus
  16. amiiiin..kabulkan do'a mas moti ya Allaaah.

    BalasHapus