Baru beberapa
waktu saya ingin menulis sebuah esai tentang pendidikan Indonesia. Dan kejadian kemarin semakin membuat saya semangat
untuk mengurai tentang dunia pendidikan. Ada sebuah hal yang membuat saya harus
tercengang dengan hal miris yang terjadi kemarin. Saya tidak hanya melihat.
Tapi mengalaminya langsung. Benci? tidak. Tapi soal tidak terima, itu pasti.
Sebelum ini,
saya hampir care dengan pendidikan sebab ideologi yang disampaikan oleh
beberapa guru yang tepat dengan apa yang saya pikirkan. Guru bahasa Indonesia
dan biologi pernah mengatakan bahwa seorang guru tidak harus hanya mengerti
satu mata pendidikan saja. Seperti Buku
yang pernah saya baca pula (Sekolahnya Manusia). Dalam mengajarkan pun guru
yang diperkenankan untuk memberikan ilmu diluar bidang palajaran yang harusnya
diajarkan. Dengan kata lain, memiliki pemikiran yang luas. Dan yang menjadi
pertimbangan adalah, sebab pada saatnya nanti siswa juga tidak akan hanya berkutat
pada satu materi saja.
Guru bahasa
Indonesia sering pula memberikan ilmu tentang agama. Dan setelah itu pula,
beliau sering mengingatkan bahwa “Seorang guru itu tidak boleh monoton. Kalau
soal mengajar, itu bukan soal yang sangat sulit. Tapi yang sulit adalah
membimbing. Dan apa yang saya sampaikan tadi adalah salah satu cara yang
meskipun tidak kadarnya mungkin tidak efektif. Tapi hal tersebut menjadi titik
kecil bimbingan untuk kalian semua”.
Begitu pula
dengan guru biologi yang bahkan sangat perhatian dengan keadaan murid. Bukan
hanya soal pelajaran, akan tetapi juga soal psikologi dan tindakan yang tak
luput dari perhatian beliau. Saya pernah dipanggil beliau secara khusus untuk
berbicara empat mata. Beliau memberikan kritik dan saran yang untuk saya dengan
sangat luar biasa. Hampir disetiap pertemuan, beliau memberikan petuah dengan
maksud yang saya kira untuk mengecek keadaan pikiran anak-anak. Bahkan pernah,
beliau tidak memberikan materi sama sekali dan mengisinya untuk sharing
tentang-tentang uneg-uneg apapun yang ada di otak anak-anak dengan
menulis dan disetorkan kepada beliau.
Bahkan guru
saya tercinta, saat mengaji kitab-kitab agama pun sering memberikan petuah
diluar materi kitab yang diajarkan. Pendidikan, kesehatan, sosial, masih banyak
lagi. Ini sebuah ransangan untuk anak didik berfikir luas dan tidak
terkotak-kotak oleh pikiran sendiri. Apa profesional itu harus dalam satu
bidang? Apakah harus? Apa harus? Harus? Tidak!!!!!!
Apakah mereka
menyalahi job deskription sebagai seorang pengajar? Sangat tidak. Guru bersifat
memfasilitasi dan merangsang pemikiran serta kreativitas anak didik. Membatasi lompatan
pemikiran anak didik adalah kesalahan besar. Sedang pada masa itu mereka
mencari jati diri. Dan disinilah yang membuat saya tidak setuju dengan metode
sekolah yang selama ini dipakai. Yaitu sistem pasif. Seolah-olah guru adalah pusat
dan satunya-satunya kuci dari kegiatan belajar mengajar. sedang kenyataan yang
harus diterima seharusnya adalah murid menjadi titik pusat pendidikan.
Dan kejadian
kemarin adalah “penodaan” hak saya sebagai siswa. Apa yang terjadi
kemarin menjadi sebuh pelajaran besar bagi saya. Yang mana disitu terdapat
sebuah judge yang timpang. Bukan hanya terjadi pada saya saja, tapi juga
teman yang lain. Judge yang hanya didasari oleh satu hal yang seharusnya tidak
bisa dijadikan landasan. Ketiadaan identifikasi secara jelas membuat judge
ini sama sekali tidak memiliki kebenaran yang akurat.
Job
deskription hanya untuk satu bidang dan menyingkirkan bidang lain dalam
kegiatan belajar mengajar? Sedang bahkan sebenernya kemarin saya sama sekali
tidak melenceng dari pelajaran dan tetap pada lajur materi yang disampaikan
saat itu. Hanya ketidak punyaan dan ketikmengertian guru kemarin pada toleransi,
kaidah belajar mengajar, kaidah diskusi, dan yang pasti, sangat pasti,
kesabaran yang rendah.
“Saya bukan bicara tanpa fakta. Dalam tulisan
lain.
Saya
menguarai kejadian yang kemarin.
Dan
bisa ditelaah sendiri. Apa yang terjadi kemarin”
SAYA
MENGGUGAT
Salam.
Moti
Peacemaker
“Silahkan
pemuda berfikir paling gila sekalipun.
Tapi
jangan pernah berhenti belajar”
A.
Musthofa Bisri
pak sopo mot....
BalasHapushahahaha tulisanmu berapi-api, tapi lek sak durunge ngePost diedit2 maneh ya, mben ora typo
iku pokoke....
Hapuswes mbuh..seng penting seng moco paham,.,,,,
iku sopo i, sing endi
Hapusseng inisiale Z
HapusO0
Hapusiya
Hapuswih, setuju! kalau terlalu monoton jadinya bosan muridnya.
BalasHapusiya..tapi yang bikin kesel itu anggapan bahwa hal tersebut specifik..aneh
HapusGuru itu orang tua saat di sekolah.
BalasHapusSaat orang tua di rumah tak sempat memberi masukan berbagai masalah kehidupan itulah saatnya guru yang bertindak.
Eh, bener gak sih ?
tepat.....
Hapusmaka tidak hanya terus pelajaran yang diperhatikan
tapi keadaan murid juga sangat perlu
nggak mudeng .. -_-
BalasHapussama
Hapusbener, kan guru iku digugu lan ditiru *lanjur??
BalasHapuswah moti kalau bikin postingan itu yang selevel esai dan artikel berintelek yah..hehehe..
pendidikan di negara kita emg belum efektif sistemnya
BalasHapusWah, bro.....
BalasHapusGue selama di pondok ga prnah ngerasain yg namanya ujian negara. Tpi ujian gue lebih berat kayaknya. Kyaknya sih
emang siapa yang bahas soal ujian negara sih
Hapusini soal guru bang
dipondok dulu saya juga nggak pernah kayak gitu
idem....
BalasHapusgak mudeng juga....
sama bang..saya juga nggak mudeng
Hapusbeberapa hari yang lalu saya melihat film, "cerita dari tapal batas" disana dikisah tentang sebuah desa paling luar dari indonesia yg dekat dg malaysia, dan disana ada sebuah sekolah yang hanya terdapat 2 orang guru.
BalasHapusada sebuah kata2 yang keren dari sang guru,
"memang kami disini bukan orang yang ahli sebagai pendidik, bukan pula yg mendapat gaji besar, tapi semoga dengan adanya SD dan semua yg kami ajarkan bisa menjadikan anak didik disini mengerti arti cinta kepada tanah air. Dan itu yang sangat jarang ditanamkan di sekolah di kota-kota"
saya sebenernya sangat suka dengan orang yang berpikiran luas, lues dan terbuka. selalu mengerdepankan sikap positif dan memotivasi.
Hapusdan saat itulah saya menganggapnya guru dari hati
bukan kaidah guru dan murid dalam tatanan pendidikan sekolah saja (status)
tapi benar2 dari hati
termasuk seperti saya menganggap anda sebagai guru saya
wah sesat,sesat sesat
Hapusbeneran baaaaaanggggg
Hapusagak-agak ngak ngerti dikit sih..
BalasHapustapi emang bener juga, ngak asik kalo cuma serius ke pelajaran..
guru yang baik itu yang bisa mengerti dan memahami pikiran anak muridnya..
itu sih menurut saya.. :)
em,,,iya ..
Hapuspokoknya pendidikan yang penting deh
bukan berarti ada yang nggak penting
tapi taraf kepentingan kan beda-beda
jadi nggak boleh semena-mena dipaksakan
Wah bener tuh bang, siswa ga mungkin belajar dan berkutat sama satu materi aja kan masih banyak pelajaran dan ilmu yang perlu dipelajarin. Dan juga, murid kan mengerti pelajarannya atau tidak itu juga gimana cara guru itu ngajarin muridnya. Wah pokoknya setuju banget sama post ini hoho :D
BalasHapusyang namanya deskripsi itu bukanm berarti lantas tidak menyangkutkan berbagai pelajaran menjadi satu
Hapustoh faktanya kumpulan esai, atau artikel para penulis jadi satu juga banyak yang minat
setuju.
BalasHapusyang namanya guru harus mesti bisa menggantikan peran orang tua saat disekolah. Maka dari itu dimunculkan lah pendidikan berkarakter, untuk memberikan karakter kepada siswanya bukanya cuma tentang pelajaran tapi juga tentang bagajmana berprilaku yang baik. tapi entah ada yang gak ngerti gurunya atau kek gimana, masih ada aja guru yang egois, masih menggunakan metode ceramah. atau mungkin mereka gak pake RPP.
nah itulah..padahal saya berharap pendidikan itu menjadi pangkal berubahan wujud darino naik ke atas
Hapusatau dari negatif ke arah positif
semangt belajar!!
BalasHapus*gak nymabung*
nyambung kok bang
Hapussaya juga paham...ehehehe
sambil menunggu kisah apa sebenarnya yang terjadi, saya perlu menggaris bawahi kalimat kalau soal mengajar, itu bukan soal yang sangat sulit.tapi yang sulit adalah membimbing,
BalasHapusini terkait dengan kaeadaan guru zaman sekarang, apakah karena berada di era modern sehingga guru sekarang lebih banyak yang menjadi pengajar daripada pembimbing...entahlah..biarkan waktu yang menjawab, apa sebenarnya yang dibutuhkan sang murid dari seorang guru...salam :-)
iya bang..akan segera saya posting..
Hapussudah siap draftnya
hahaha mantabb.. ya iyalah guru juga jangan monoton biar dia memperluas wawassannya dan memberikan banuak ilmu sama muridnya.. maklum istri saya juga seornag guru.. salam kenal kawan :)
BalasHapuswah..iya bang...gak boleh monoton bang..dikasih tau istrinya ya bang :P
Hapus