Jangan-jangan
kita selama ini tidak dianggap sebagai orang Indonesia, atau bahkan memang
sudah tidak lagi menjadi orang Indonesia. Yang mejadikan kita Indonesia bukan
karena kita lahir, tinggal, makan, ngiseng di sini. Sebab banyak juga
orang luar negeri yang menetap di Indonesia dengan berbagai alasan. Kabar
baiknya, mereka tidak mengaku orang Indonesia. Sebuah hal yang sangat patut
disyukuri.
Yang jadi
problem sekarang adalah, yang mengaku Indonesia tapi tidak Indonesiais. Menjadi
orang Indonesia bukan hanya soal tinggal dan lahir disini. Kita harus selektif
untuk mengesahkan seseorang menjadi orang Indonesia, termasuk terhadap diri
kita sendiri sekalipun. Lantas apa yang menjadi patokan seseorang dianggap orang
Indonesia? Apakah harus menjadi penggemar Iwan Fals? Atau makan-makanan hasil
tanah Indonesia?
Secara pribadi
menyimpulkan kenapa orang harus dianggap menjadi orang Indonesia dan kenapa
orang tidak boleh dianggap menjadi orang Indonesia.
1.
Menjadi orang Indonesia
sebab lahir di Indonesia. Ini bisa jadi merupakan sebauh kebenaran. Akan tetapi
ketika direnungkan dengan pendalaman kualitas data, maka bisa jadi orang
tersebut ternyata bukan orang Indonesia. Siapa yang menjamin bahwa orang tuanya
ternyata asli Indonesia, jangan-jangan Mongol, Kongo, atau bahkan campuran
Afrika-Arab, atau Inggris-Brazil. Siapa yang menjamin, iya toh.
Tapi
KTP bapaknya, betawi. Emaknya juga NTT.
Sebenatar,
toh. Biar saya ngomong dulu. Soal per-KTP-an, kita bahas nanti. Untuk sementara
ini saya tidak menganggap KTP sebagai tolok ukur orang tersebut dianggap
sebagai orang Indonesia. ndak usaha manyun begitu. Nanti saya jelaskan.
2.
Karena tinggal di Indonesia.
Nah, tinggal ini juga sering menjadikan orang tersebut dianggap orang Indonesia.
Tapi ketika ditimbang kembali, bukan mustahil kalau sebenaranya orang tersebut belum
pantas dianggap orang Indonesia. Siapa tau dia buangan hanya sekedar singgah
dalam jangka waktu yang agak lama dan tidak menutup kemungkinan suatu saat akan
pindah. Maka dari sini, KTP bukan tolok ukur sebenarnya untuk dianggap sebagai
orang Indonesia.
3.
Karena makan makanan
Indonesia. Ini malah jauh lebih aneh lagi. Apalagi sekarang banyak ditemui
makanan Indonesia yang ada diluar negeri. Betapa banyak orang Indonesia yang
ada di dunia kalau tolok ukur menjadi orang Indonesia hanya ditentukan oleh
pakem ini.
4.
Karena menjadi penggemar
Iwan Fals? Ini yang malah mungkin masuk akal. Ahahahahaha
Untuk kesemuanya tersebut tidak menutup kemungkinan untuk
menjadi pakem untuk dianggap sebagai orang Indonesia. Tapi hakikat untuk
menjadi orang Indonesia bukan karena hal-hal tersebut. Ada yang lebih penting
dan menjadi pedoman utama dalam catatan menjadi makhluk Indonesia,
yaitu meng-Indonesia-kan diri.
Sebab banyak penduduk negara Indonesia yang tidak ngendonesia.
Hati tidak tertaut pada Indonesia. Terbukti dengan impor budaya dengan
tanpa filterisasi, mana yang butuh dan mana yang tidak perlu. Bahkan
dengan tega membiarkan budaya Indonesia diluluh lantakkan. Ketika diklaim
negara lain, baru marah. Orang macam apa kita ini.
Intinya meng-indonesia-kan diri. Tidak terseret
budaya bangsa lain, syarat mutlak menjadi orang Indonesia. Jangan sampai budaya
kita ikut impor seperti bahan makanan Indonesia. jangan sampai. Apalagi kalau
impor presiden. Ah, sama halnya membunuh negara.
Jangan berfikir bahwa Presiden impor itu presiden yang
didatangkan dari luar negeri. Tapi presiden yang tidak mengindonesiakan
diri. Yang tidak perduli dengan Indonesia secara utuh. Yang hanya berbekal
ambisi. Yang hanya menjadi bagian dari politik belaka, nama belaka, sekutu luar
negeri. Indonesia harus berdiri tegak dan mandiri. Pokonya, ciloko mencit kalau
sampai presiden saja impor.
Salam
Moti Peacemaker
21 April 2014
halo moti.. blog kamu dapat the liebster award nih,, silahkan cek di sini ya http://lookanotherside.blogspot.com/2014/06/blog-ini-berhasil-dapat-liebster-award.html
BalasHapusiya,.,,,makasih,,tapi maaf...saya sedang tidak mood untuk ikut event tersebut,,,maaf
Hapus