Aku
tak bisa membohongi diri sendiri untuk sama sekali tak merasakan cinta dan kerinduan
padamu. Nafas dan detak jantungku pun harus mengisyaratkan cinta yang masih tak
kupahami akan bertahan sampai kapan.
Bukan
air mata yang akan diajukan waktu sebagai bukti cinta dan kepasrahan pada
hidup. Tapi cinta adalah tonggak kehidupan yang tak sedikitpun pernah terkikis
dari peradaban. Tak pernah sedikitpun enyah dari perasaanku.
Aku
menjadi perenung dengan pértanyaan atas perasaanku sendiri. Mungkinkah aku
diciptakan untuk menjadi bagian dari cinta pada bidadari tanpa jawaban apapun.
Bagian dari nafasku adalah mempersembahkan cinta dan kebahagiaan dari titik
pusat kasih sayang yang diluncurkan Tuhan untuk besarnya cintaku padamu.
Laki
laki esok hari yang akan menjemput cahaya mimpi bersama bidadari dipelupuk
mataku. Tak perlu ada pertanyaan pertanyaan yang akan menghapus keyakinan bahwa
bidadari yang tercipta didunia untuk aku cinta adalah perempuan lusa yang
menangis untuk kerinduannya yang tak terbendung pada ibunya yang mesti mengadu
takdir.
Apa
yang mesti menelan perasaanku padamu? Aku tak punya alasan apapun kecuali saat ini kematian merenggutku
dan aku tak lagi berhadapan dengan apa yang harus kuharapkan dalam kehidupan, dan aku bawa menuju
kekalnya kehidupan yang dijanjikan oleh Tuhan.
Haruskah
aku menepis bayang-bayang senyummu dari bilik kasih sayang yang telah
teranugerahkan? Jawaban iya adalah kebodohan yang tak pernah termaafkan oleh
hidup. Aku mencintaimu dari getaran cinta lusa ketika detak jantungku
benar-benar hampir tak tersisa Engkau duduk dihadapanku. ketika suatu saat Kau
mencuri kelengahan dan mencubit pipiku. Harusnya aku mati saat itu dengan
kebagiaan tak terbayang.
"seperti
apa rasanya" senyummu semakin menyudutkanku.
Ingin
aku membuang seluruh rasa maluku dan berkata sejujur jujurnya tentang apa yang
aku rasakan.
"seperti
jeruk" jawabku
Ya,
mungkin terlalu klise untuk kabahagiaan tak terkira yang pernah terukir
dalam hidup. Aku terbunuh waktu. Mungkinkah waktu akan kembali lagi dan keadaan
yang dulu ada
akan terjadi kembali. Lantas aku membuang seluruh gengsi, logika, dan otakku
untuk menjawab pertanyaanmu dengan perasaanku seutuhnya, sejujur-jujurnya.
"Apa kamu ingin
melemparkanku ke surga tanpa harus melewati kématian dengan cubitan lembut
jemarimu?"
Aku
seperti ikan yang tiba tiba bisa terbang dan menikmati suasana baru tanpa harus
tersiksa oleh hembusan nafasku. Sangat bahagia. Keindahan yang tak mungkin aku
lupakan. Huft...bagaimana aku tak rindu. Cerita itu tak semudah mengukir cinta
diatas air.
Kamu tau, kenapa daridulu aku selalu yakin bahwa
cintaku jauh lebih besar dari cintamu padaku? Aku tak meremehkan cintamu, sama
sekali tidak. Tapi tak akan mampu melebihi cintaku yang mungkin tak pernah
dimiliki oleh kekasih manapun. Bukan sebuah hal yang aneh kalau aku masih
teringat seluruh rangkaian cerita cinta kita dari bertemu sampai mungkin suatu
saat cerita akan dibunuh oleh waktu yang berjalan dan habisnya nafasku.
Salam
14 April 2014
“salah satu problem fiksi adalah menunggu garis
fakta datang menjemput harapan yang tak sekalipun pernah berikrar untuk
memberikan jawaban yang diharapkan”