Sudah saatnya
kesadaran ini muncul. Tentang islam yang kehilangan kekuatan sesungguhnya. Ini
bukan permasalahan perorangan, namun sudah menjadi urusan bersama umat Islam.
Tanpa pondasi kebersamaan, segalanya akan tetap mendapat jawaban nol besar.
Kekuatan umat adalah bersatu. Dalam sebuah bingkai kesatuan itulah, kita akan
menjelma menjadi unsur kekuatan yang, bisa jadi tak bisa dikalahkan oleh
siapapun. Kecuali memang Tuhan menghendaki demikian.
Kesadaran
bersama untuk membangun ukhuwah islamiyah ini akan terwujud apabila
setiap individu tidak membawa kepentingan-kepentingan pribadi. Kepentingan yang
bersifat pribadi sama sekali tidak masuk dalam salah satu visi misi Islam yang
dibentuk oleh wata’awanu ‘alal birri
wattaqwa.
Kekuatan
kebersamaan dan kekuatan takwa. Disinilah Islam mampu menumpukan harapan untuk
memiliki peradaban yang maju dan kehidupan yang sehat –secara sosial, pikiran,
dan fisik-. Taqwa tanpa kebersamaan tidak akan mampu melahirkan kekuatan maksimal.
Pergerakan indvidual ibarat hanya sebuah tetesan. Sedang kebersaman akan
menjadi ombak besar (Islamic wave)
yang meluluhkan lantahkan halangan dalam ketentraman beridabah.
Pergerakan
kita yang tidak konsisten dengan terus ribut di dalam “kotak” tidak akan
membuat islam menjadi agama yang maju. Apalagi merasa paling benar dan
menganggap “islam yang lain” adalah salah. Ini sudah menjadi kekalahan mutlak
islam sendiri. Perbedaaan yang ada dalam islam ini harus dilihat dari sudut
pandang yang luas. Ibaratnya, perbedaan tersebut adalah senjata. Porsi senjata
yang beragam akan membuat variasi serangan menjadi multidimensional.
Disaat agama
lain sedang sibuk dengan kemajuan dalam berbagai bidang. Umat islam masih
“asyik” dengan urusan khilafiyah yang memakan banyak waktu. Sedang jarak
waktu tersebut telah digunakan oleh agama lain untuk membentuk kekuatan agama
“ruhani maupun jasmani” (pembenahan dan pengembangan luar dalam).
Ini tentu
kekalahan mutlak yang mesti segera dibenahi. Secara start, kita sudah kalah
jauh. Kalau kebersamaan tidak segera dirajut, umat islam akan kalah dalam 2
lini kekuatan. Mengabaikan kebersamaan dalam islam sama halnya membiarkan darah
terus menetes dari dalam tubuh.
عن أبي موسى الأشعري ـ
رضي الله عنه ـ عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال : ” المؤمن للمؤمن كالبنيان ،
يشد بعضه بعضاً ، ثم شبك بين أصابعه ، وكان النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ جالساً ،
إذ جاء رجل يسأل ، أو طالب حاجة أقبل علينا بوجهه ، فقال : اشفعوا تؤجروا ، ويقضي
الله على لسان نبيه ما شاء ” . رواه البخاري ، ومسلم ، والنسائي
Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. dari Nabi
Muhammad saw bersabda:
“Orang mukmin itu bagi mukmin lainnya
seperti bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Kemudian Nabi
Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya. Ketika itu Nabi Muhammad duduk,
tiba-tiba datang seorang lelaki meminta bantuan. Nabi hadapkan wajahnya kepada
kami dan bersabda: Tolonglah dia, maka kamu akan mendapatkan pahala. Dan Allah
menetapkan lewat lisan Nabi-Nya apa yang dikehendaki.” Imam
Bukhari, Muslim, dan An Nasa’i.
Dan amatlah gobis (aneh) kalau sabda beliau hanya akan menjadi angin lalu. Tidak diyakini oleh umat
Islam sendiri, atau barangkali diyakini, namun diabaikan begitu saja.
Kebersamaan adalah salah satu kekuatan sederhana,
namun bisa kategorikan dengan dalam “racikan naluri” yang luar biasa. Fokus
untuk membenahi kukurangan-kekurangan dalam “membumikan islam” akan lebih
terkendali jika kebersamaan itu ada. Kita lantas tidak sibuk-sibuk untuk
menuding orang lain salah dan kitalah yang benar. Tapi kita bersatu, menjadi
sebuah ombak, menghempaskan halangan.
Salam
Ada yang menyentil ketika membaca artikel ini. Hm, terimakasih untuk tulisannya yang bisa jadi pengingat kepada sesama :)
BalasHapusNgomong-ngomong saya suka kalimat yang ini --> Kita lantas tidak sibuk-sibuk untuk menuding orang lain salah dan kitalah yang benar.
Ini menjadi tantangan umat muslim hari ini, tapi melihat muktamar 2 organisasi besar islam NU dan Muhamadiyah yg menghasilkan keputusan yg bagus untuk umat kedepan insya Allah kebersamaan kita akan terbangun. Amiin..
BalasHapusTulisannya singkat tapi padat, ya. Bermakna banget. Berat. Aku musti baca pelan-pelan, biar khusyu. :')
BalasHapusislam di negeri ini memang sulit di satukan.
BalasHapuscontohnya aja klo ada wanita yg memakai cadar pasti pada mikir klo ini garis keras ato apalah.
klo yg mikir gitu dari non muslim biarin aja tpi klo dari umat islam sendiri ya miris.
gua ngomong bgini bukan berarti gua dri garis keras, gari lurus ato apa gitu.
Miris ya katanya di negara yang mayoritas Islam, tapi sesama Islam masih menuding kalau ini salah itu salah. Kalau namanya Islam harus bersatu kan namanya seagama, orang yang seagama berarti saudara.
BalasHapusSemoga bisa lebih baik lagi kedepannya
gue kemarin juga sempet ngobrol sama salah seorang di kajian
BalasHapusterlalu berat obrolannya, intinya emg kekuatan sebenernya adalah persatuan
jika persatuan keseluruhan memang berat, maka kita awali dari yang paling mudah
yaitu diri kita sendiri dengan lingkungan sekitar kita
baru pertama baca "titipan bw" yang beginian. bacanya sambil diem anteng. mungkin banyak perbdeaan disini disebabkan oleh akar yang belum kuat tentang islam itu sendiri
BalasHapusbener mot di kalangan umat antar golngan banyak yang ngebahas khilafyah melulu padahal udah jelas. kalau mau ngelakuin solat pakek qunut misalnya ya laukin ajah kalau yang nggak pakek juga nggak papa. ini mah dibahasa sampe gontok2an
BalasHapus