Hhehehehe..bagi yang belum baca..ini cerita sebelumnya....(7 Hari Mencari Tuhan)

Tangan lembut seseorang
membangunkan joki dari tidurnya malam ini. Bulan masih mendominasi suasana.
Matahari belum datang mengambil alih kerja Bulan yang belum selesai. Joki pun
terbangun, ia masih belum sadar bahwa ada yang membangunkannya. Matanya belum
terbuka lebar sebelum melihat lelaki berjenggot panjang berdiri di hadapannya.
Ia langsung membuka lebar-lebar matanya, dan dengan respond cepat, joki
berdiri.
“ apakah anda adalah Tuhan ?”
Tanya joki cepat
Albert Einstein menjadi salah seorang ilmuwan yang namanya sangat tenar dan dikenal oleh orang di seluruh dunia dengan berbagai penemuan dalam ilmu fisika. Salah satu teori yang sangat mashur dan sangat melekat dengan einstein adalah teori relativitas. Meskipun teori tersebut masih diperdebatkan, siapa yang yang pertama kali mencetuskan teori relativitas. Yang pasti, Einstein dianggap oleh beberapa kalangan sebagai orang terbesar di abad ke-20. Yang mana juga mendapatkan nobel untuk ilmu fisika. Pada tahun 1999, majalah Time menjulukinya sebagai “Tokoh Abad Ini”.
Rumah pak kaiman tampak ramai.
Orang-orang bergerobol tak henti-hentinya berdatangan. Celoteh-celoteh,
bisikkan-bisikkan, keriuhan semuanya tak tertinggalkan. Obrolan kesana kemari
menjadi hal yang biasa. Lingkaran-lingkaran kecil di halaman rumah ini menjadi
pemandangan yang biasa selama 5 hari ini. Entah apa sebenarnya yang dilakukan
orang-orang yang berdatangan itu. Entah hanya bergerombol sambil menyalahkan orang
lain. Ngerasani, atau apa lagi.
Sudah 5 hari anak pak kaiman
tak pulang ke rumah. Dan tak diketahui dimana keberadaannya. Tak ada kabar dan
informasi sedikitpun tentang joki, anak pak kaiman. Pak kaiman sendiri tidak
tahu mengapa joki tidak pulang. Joki tidak memberi tahu hal pada ayahnya sama
sekali. Mengapa dan untuk apa ia pergi.
Sejak kecil,
saya meiliki hobi coret-coret alias menggambar. Sampai mengenal dunia grafis yang
membuat saya lebih condong pada dunia desain elektronik. Meski, hobi
coret-coret itu tak begitu saja lenyap. Masih ada tetesan kecintaan tak bisa
kering begitu saja.
Dan kecitaan
tersebut yang menggiring saya untuk ikut memasarkan sepatu lukis ini. Sebab saya
yang merasa belum pada tingkat mahir coret-coret. Dan bentuk kecintaan tersebut
saya realisasikan dengan ikut memasrkan produk ini. Bermula setahun yang lalu
saat saya harus menuntut ilmu di jepara. Pondok pesantren yang yang tentu saja
memvacumkan saya dari desain grafis. Akan tetapi, disana say bertemu dengan
seorang seniman lukis yang sangat luar biasa. Usianya masih muda, sekitar 19
tahun. Tapi karyanya sudah sangat spektakuler. Dan sepatu ini adalah salah satu
dari karya lukisnya.
Inilah orangnya.
Kumat Stressnya |
Namanya Rifky
Hasyimi, tapi di pondok dulu dipanggil om korea. Karena wajahnya yang dianggap mirip
dengan orang korea.
Dan inilah
sepatu karya sepatu lukis yang di hasilkan.
Sepatu lukis
ini hanya dibuat ketika ada yang memesan. Sebab gambar yang dilukis tergantung
pesanan yang di inginkan oleh pembeli. –siapa tau ada yang mau masang gambar
wajah disepatu-silahkan!
Bagi yang
berminat pesan. Bisa pesan di saya. Atau langsung ke orangnya.
Facebook.
Ricky Chino
Twitter :
Ricky Cino
Salam
Pada
postingan sebelumnya, saya sudah menuliskan argument yang menunjukkan betapa
sekolah tidak mampu untuk mencerdaskan anak didiknya. Pada postingin ini yang
akan di urai adalah bukti bahwa sekolah tidak memiliki kewenangan penuh atas
cerdasnya anak didik.
Semasa kecil Thomas
Alfa Edison sempat divonis oleh gurunya sebagai siswa yang idiot. Bahkan
setelah bersekolah selama 3 bulan ia pun dikeluarkan dari sekolah tersebut.
Beruntung, ia memiliki seorang ibu yang penuh kasih, untukk mengajarinya
membaca dan berhitung, sehingga kecerdasan Edison kecil masih dapat berkembang.
Dalam salah satu
biografinya disebutkan bahwa, Edison berhasil membuat sekitar 3000 penemuan dan
salah satunya ialah lampu pijar. Dalam menemukan lampu pijar, ia telah
mengalami 999 kali kegagalan sebelum penelitiannya berhasil dipercobaan yang ke
1000. Sungguh keuletan yang luar biasa. Kalau saja Edison frustasi dan berhenti
melakukan penelitiannya itu setelah mengalamai kegagalan yang ke 999, mungkin
saja saat ini kita masih menggunakan obor sebagai penerangan.
Rajutan itu,
kolaborasi benang dan warna
Tetesan kekayaan
pribumi
Corak abstrak teratur
Disini terselip
kehormatanku
Kemegahan budaya
bangsa
Sejarah yang hampir
saja terjarah
Tapi anak-anak
pribumi menariknya kembali
Saatnya menggenggam
kekayaan
Merangkul erat
kepemilikan
Memeluk kehormatan
Dan tumpahkan air
mata bahagia
Disini, pada rajutan
benang ini
Diatas corak indah
ini
Ada tumpukkan harga
diri
Dalam batikku, ada
kehormatanku
Kehormatan bangsa
Indonesia
Bismillah
Aku memimpikanmu
dalam sadar
Cinta melesat menerpa
relungku sampai gemetar
Adakah balas atas
tanya yang tak mengudara ?
Dari mimpi-mimpi kita
melayang
Meraih angan-angan
yang terbayang
Tak ada yang salah
dengan harap
Tapi resah yang tinggi
jangan sampai menyelinap
Moti Peacemaker

Moti Peacemaker
Blog Personal
Blog ini telah mulai berdiri sejak 2010. Pernah mengalami masa jaya, meski tidak lama. Tahun 2016 menjadi titik awal turunnya blog ini ke titik terendah. Sampai tahun ini, blog ini masih berusaha bangkit kembali dengan ala kadarnya. Semoga bisa merengkuh kembali masa-masa produktif mengisi blog ini