Secara tidak sengaja, saya berfikir tentang sebuah hal aneh yang mungkin seharusnya tidak perlu dibahas panjang. Sebab mungkin dianggap tidak penting untuk dibahas. Tapi entah kenapa, saya merasa bahwa hal ini ingin saya bicarakan kalau-kalau mungkin ada yang punya jawaban tepat untuk menjawab pertanyaan yang menyelinap. Tentu tidak salahnya kalau toh memang tulisan ini menjadi tempat berdiski atau biar lebih merakyat, sebut saja ngerumpi atau cakru’an. Atau kalau toh mau menyebutnya ma’iyah juga silahkan.
Design by : Moti Peaecemaker |
Bluron. Kata ini entah dari asal kata apa sehingga rangkain huruf-huruf tersebut menjadi istilah yang berarti orang-orang yang berenang disungai –kali-. Dan anehnya, istilah tersebut hanya berlaku untuk orang-orang yang berenang di sungai dan tidak berlaku untuk yang berenang di kolam. Pemakain kata untuk yang beranang dikolam dalam bahasa jawa pun juga tetap memakai kata renang dan tidak menggunakan kata bluron. Agaknya menjadi kata-kata yang janggal bagi orang jawa ketika kedua kata tersebut dibalik tempat. Bahkan terkesan menjadi rangkaian kata yang rancu dan lucu.
“ape nang ndi cak?”
“ape renang nang kali”
Rangkaian kata-kata tersebut menjadi kalimat yang agaknya menjadi timbang. Renang di konotasikan sebagai sebuah hal yang terkesan mewah dan kali atau sungai berada didalam makna yang sebaliknya. Seperti tidak etis atau lucu kalau berenang di sungai. Tapi kalau bluron di sungai, rangkaian kata-katanya itu pas. –atau mungkin hanya perasaan saya saja-.
Begitu pun halnya dengan renang yang rancu dan lucu ketika digabung dengan sungai –dalam bahasa jawa-. Kata bluron dengan kolam pun juga seperti halnya kata renang dan sungai. Rancu dan lucu - menurut saya versi jawa-.
Sebenernya kata bluron itu dari kata apa sehingga menjadi bentuk kata yang kaidah bahasanya di fungsikan untuk orang yang beranang disungai. Apakah memang ada perbedaan yang antara bluron dan renang. Atau hanya perasaan saya saja? Atau memang benar adanya? Atau bluron adalah kata khusus?
Salam
12-Mei-2013