Masyaallah
Wajah-wajah
murung itu semakin terkurung
Terkepung
dalam bayangan
Termenung
dalam kekalahan
Bahkan
sebelum perang digalakkan
Saya masih tidak habis pikir dengan orang-orang yang bingung dengan
Ujian Nasional dengan fenomena TIDAK LULUS yang dianggap menakutkan. Bahkan ada
yang rela dengan cara curang membodohi diri sendiri. Kita coba berfikir dengan
kelogisan dan perasaan yang netral tanpa kontaminasi apapun. Dan apa yang
DITKUTKAN dalam UN itu sebenarnya tidak patut sama sekali untuk ditakuti.
Coba kita telaah sedikit tentang ketakutan yang hadir itu tidak berguna
sama sekali. Orang yang takut dengan UN itu orang-orang yang tidak menatap masa
depan dengan kamampuan. Masyarakat kita terlalu over dalam menanggapi UN. Dan kebingungan
pada UN yang over itu menjadi fenomana yang sangat konyol dari berbagai
fenomena-fenomena konyol lainnya yang ada di Indonesia.
UN BUKTI SEKOLAH BELUM BERKUALITAS
Ketakutan dan kegelisahan yang ada ini sebagai bukti bahwa pendidkan
selama ini belum berkualitas. Saya masih sangat tidak habis pikir dengan UN
yang ditakuti. Dan setiap tahun terus saja terjadi. Kalau Indoneisa cerdas,
harusnya fenomena UN itu hanya dibingungi saat pertama kali UN diresmikan
menjadi penentu kelulusan. Sebab kalau difikir, kita sama sekali tidak belajar
dari pengalaman. Bagaimana tidak, UN itu terjadi setiap tahun. Seumpama
sekarang bingung soal UN, tahun depan harusnya tidak lagi bingung. Bagaimana
ingin bingung, lawong sudah belajar dari pengalaman. Sebab hadirnya
kebingungan itu bukankah karena masih kurang persiapan untuk UN? Karena
persiapan sudah matang, lantas apa yang dibingungkan? Dan kalau tahun ini tidak
siap, masak tahun depan masih tidak siap. Minimal kegelisahan pada UN
semakin berkurang bahkan lenyap.
Kalau kegelisahan UN setiap tahun terus ada bahkan semakin parah. Maka
bisa kita curigai atau bahkan kita simpulkan bahwa sekolah tidak memberikan
kualitas pada pendidikan Indonesia. Kalau berkualitas, tidak akan pernah ada
kegelisahan dari berbagai sektor dan UN tidak akan jadi fenomena seramai ini.
Jangan memperlihatkan betapa lemahnya kita sebagai sebuah bangsa. Ujian itu
biasa. Dan TIDAK LULUS pun juga fenomena biasa. Kok jadi fenomena itu apa yang
tidak biasa dari UN. Mereka yang takut UN lah yang menakut-nakuti diri mereka
sendiri. Dan ketakutan tersebut adalah ketakutan yang sangat tidak fear.
Maka kesempatan seperti ini yang seharusnya menjadi saat dan waktu yang
tepat untuk memulai sebuah perubahan dan perbaikan dalam pendidikan Indonesia.
Kalau pendidikan yang jadi titik sentral formal dalam mencerdaskan bangsa terus
saja dibodohi, bagaimana kecedasan itu bisa hadir. Dan kecerdasan yang diraih
pun hanya kecerdasan kebohongan yang pada akhirnya akan terungkap dengan apa
yang diraih tanpa bisa dikontaminasi. Kalau memang merasa belum bisa dan belum
pantas lulus ya jangan lulus. Kalau tidak niat untuk cari ilmu di sekolah dan
tidak ingin dites pantas atau tidak pantas lulus ya tidak usah sekolah. Kalau niat
sekolah ya hadapi UN yang ditetapkan pemerintah sebagai cara untuk keluar dari
sekolah dengan terhormat dan benar-benar berhasil menyelesaikan studi
pendidikan formal.
Harapan orang-orang yang bingung dengan UN dan lantas memilih jalan
pintas itu adalah harapan bodoh. Ini juga dampak dari kehidupan bangsa yang
terlalu memuja keinstanan. Istilahnya, Tidak punya uang minta barang. Itu kan
juga secara kelogisan hidup juga tidak sampai. Lulus kan sebab bisa, kalau tidak
bisa ya tidak usah lulus. Soal apa yang diteskan itu kan hak pemerintah. Kalau
pemerintah sebagai badan yang punya kewenangan sudah memutuskan apapun,
kewajian peljar itu menghadapi. Kewajiban pelajar itu melaksanakan tes. Dan
sebab jiwa pemberani dan memang sudah merasa memiliki bekal. Maka HADAPI UJIAN
DENGAN KEJUJURAN.
Salam