Aku tak lebih dari jalang kemarin lusa yang akan
segera mati tertawan. Dan hari-hari kelabu adalah peneman “setia” yang paling
setia. Sebab kesetiaan telah lenyap bersama ketidaksetiaan yang memuakkan. Aku
menggenggam satu kesetiaan untuk duka yang tercipta tanpa banyak kata-kata. Aku
ingin memuskilkan cerita, sayangnya ia terlanjur terjadi. Dan nyatanya,
ini jalang yang terbungkam. Inilah burung yang tersungkur. Merpati kecil yang
ingin mendapat makna sesungguhnya dari CINTA.
Basmi dan habiskan saja air mataku. Duka
benar-benar setia. Lebih setia dari air mata. Lebih setia dari kekasih yang
mengaku setia. Dan bahkan lebih setia dari kesetiaan itu sendiri. Ingin rasanya
aku maki wajahnya. Aku tendang kemaluannya agar ia malu terus membayangiku. Aku
bosan. Aku pun ingin bahagia dengan cerita kehidupan. Bayang-bayang itu
harusnya telah lenyap bersama penghiatan yang semakin hari semakin tak
terbendung. Aku benci penghianatan. Sampai kapanpun. Aku benci ketidaksetiaan.
Mungkin bahkan sejak terlahir aku tercipta untuk membenci hal ini.
Kenapa tak kau bawa saja ruhku lepas dari jasad
yang membalutnya. Kebebasan akan tertenggam dengan gamblang. Kenapa orang-orang
berhati batu. Tidakkah air mata yang menetes dan tidak ada yang perduli menjadi
gambaran betapa gamblang nurani lebih dahulu mati dari kematian yang
sebenarnya.
Catat gurat wajahku. Dan biarkan ia mencari dengan
kebencian yang terpatri terhapat kasih sayang. Sebab cinta direlungku tak akan
aku letakkan meski hanya berbentuk tetesan. Dan tidak akan pernah aku bagi,
meski hanya setitik. Kesetiaan akan aku genggam sampai kematian merenggutku dan
dunia akan mencatat. Kesetiaan sebab akibat. Tapi kesetiaan adalah faktor.
Camkan! Aku adalah saksi dari besarnya makna cinta. Dan aku adalah saksi betapa
penghianatan bak parang yang akan meluluh lantahkan tatanan.
Banyak orang tersakiti sebab fluktuasi yang
memuakkan cinta. Karena cinta adalah tanda kemajuan sebuah bangsa. Beri sebuah
tanda didahi, dan nyatakan dengan lantang. Penghianatan dan pudarnya cinta
adalah tanda kehancuran segala-galanya.
Dimana wajah cinta yang diagungkan itu kini
berada. Bersembunyi dibalik sepatu? Ditimbun oleh gengsi? Ataukah politik telah
mengeksekusinya bersama hilangnya kejujuran?
Aku Mohon....Kepada Tuhan yang punya kewenangan
tanpa tandingan...aku memohon dengan sangat. Andaikan kematian kini atau esok
datang padaku, silahkan! Karena Mati Esok pun Sama Saja. Tapi tolong,
berjanjilah atas tanda darahku. Bunuh penghianatan dari muka bumi. Dan beri
kesetiaan kepada hati batu yang merecoki kehidupan. Beri kehidupan sebuah
kedamaian dari hati-hati yang tenang. Dan biarkan cinta menguasai kehidupan.
Aku mati untukmu, atas nama CINTA
Think something for freedom. Because freedom is
life. Love always and never die.
salam